(5) Ramadan Tak Biasa, Masyarakat Menjadi Pandai Bersyukur
Hal ini dapat dilihat dari berbagai tayangan berita di layar kaca dan media massa atas peristiwa ini. Mereka yang selama ini bekerja harian/serabutan, yang rezeki hari itu untuk makan hari itu, tetap saja mencoba mengais rezeki dengan usahanya, pantang menyerah, di tengah pandemi, karena percuma mengeluh.
Setali tiga uang, masyarakat yang memiliki kepedulian, meski dirinya juga kesusahan, tetap memiliki simpati dan empati untuk saling membantu dan berbagi dengan berbagai cara, tetap banyak yang dapat dijumpai di sekeliling kita.
Masyarakat golongan mampu pun tak ketinggalan, menyisihkan harta dan uangnya untuk berbagi kepada masyarakat. Ada yang langsung menyalurkan sendiri. Ada yang melalui perantara.
Lalu, lembaga sosial, instansi, dan organisasi sosial lainnya pun turut menghimpun donasi untuk masyarakat. Para artis, selebritis, seniman, pelatih olah raga, atlet berbagai cabang olah raga, baik secara kelompok maupun individu, juga andil berbagi dengan berbagai cara, seperti lelang barang-barang "berharga" mereka untuk donasikan kepada masyarakat.
Itulah fenomena positif yang dapat direkam dan kita rasakan. Hikmah pandemi corona dalam praktik ibadah ramadan, menjadikan sebagian besar masyarakat Indonesia pandai bersyukur atas segala nikmat sehat, nikmat berkah, dan nikmat ujian/bencana.
Penuhi hati dengan rasa syukur
Bagi setiap insan/masyarakat, saat hati sudah dipenuhi dengan rasa syukur, maka tentu segala laku langkah kita akan lebih bijak dalam menjalani kehidupan. Banyak ataupun sedikit rezeki yang Allah berikan, takarkan kepada kita, akan membuat kita selalu baik-baik saja, bila kita mampu mengajarkan hati untuk tetap bersyukur.
Karena rezeki seperti apapun, telah menjadi ketepan-Nya, akan selalu membuat kita sadar bahwa semuanya adalah ujian, dan senantiasa wajib dijaga dengan syukur. Manis-pahitnya jalan kehidupan yang Allah haturkan kepada kita, sungguh akan tetap kita pandang suatu berkah, bila dari awal kita sudah tahu caranya melindungi hati dengan rasa syukur.
Jadi, untuk menjadikan hidup kita terasa cukup dan berberkah, maka hendaklah senantiasa latih hati kita dengan rasa syukur. Hidup di dunia hanya sementara, tidak ada harta benda yang akan kita bawa saat nanti kita menghadapNya.
Dan kini, wabah pandemi corona telah menguji kita semua. Kita banyak melihat sebagian besar masyarakat Indonesia ikhlas berbagi, menerima keadaan, berbesar hati atas situasi dan kondisi, rendah hati, dan suka berbagi.
Itulah tanda bahwa sebagian besar masyarakat sudah pandai bersyukur. Semoga, bagi masyarakat yang masih belum terbuka mata dan hati atas rasa syukur, ibadah ramadan akan memupuknya. Aamiin.
Content Competition Selengkapnya
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Ketemu di Ramadan hadir kembali. Selain sebagai ajang buka puasa bersama Kompasianer, ada hal seru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penasaran? Tunggu informasi selengkapnya!