Supartono JW
Supartono JW Konsultan

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

(9) Ramadan Tak Biasa, May Day, dan Derita Buruh

2 Mei 2020   00:11 Diperbarui: 2 Mei 2020   01:22 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(9) Ramadan Tak Biasa, May Day, dan Derita Buruh
Sumber: doc.Supartono JW

Dalam situasi normal, May Day, biasanya akan dimanfaatkan para buruh di berbagai negara di dunia untuk melakukan demonstrasi, tak terkecuali di Indonesia, namun kini tak dapat dilakukan. Karena sejarahnya, May Day yang diperingati setiap 1 Mei ini menjadi hari libur nasional di banyak negara. 

Menyoal sejarah mengapa sampai lahir May Day, banyak literasi yang dapat di baca atau ketik di google, sejarah Hari Buruh saja, akan muncul berbagai link. 

Khusus sejarah Hari Buruh di Indonesia, ditetapkan melalui Keputusan Presiden RI No 24 tahun tanggal 29 Juli tahun 2013 dan keputusannya sama dengan May Day di negara lain, yaitu 1 Mei. 

Mengapa lahir Hari Buruh dan diperingati di seluruh dunia, satu di antaranya, kedudukan buruh lemah, meskipun para pengusaha dapat meraih keuntungan karena jerih payah para buruhnya. 

Hampir di setiap negara, hingga kini persoalan lemahnya kedudukan buruh belum pernah tersolusikan sesuai harapan meski telah ada Undang-Undangnya. Sehingga, perayaan Hari Buruh yang seharusnya menjadi hari bahagia bagi para buruh, terus menjadi perayaan penderitaan. 

Hari Buruh malah selalu diperingati dengan melakukan kegiatan demonstrasi dan tuntutan kepada pemerintah. Khususnya buruh di Indonesia, 1 Mei 2020, seharusnya menjadi momentum untuk mereka dapat berharap pemerintah akan berpihak kepada mereka dengan melakukan demonstrasi. 

Sayang, pademi corona, memupus harapan mereka. Jangankan turun ke jalan merayakan Hari Buruh sambil mengeluarkan "uneg-uneg" agar nasib mereka ada perbaikan. Kini bahkan mereka sudah terkena PHK, banyak yang tanpa mendapat gaji, tanpa THR, karena faktanya perusahaan benar-benar kesulitan. 

Dari berbagai pemberitaan, ada perusahaan nakal, yang mengambil momentum pandemi corona dengan mem-PHK buruh, tetapi dibaliknya hanya sekadar untuk menghidari membayar THR, hanya modus. 

Ada juga, perusahaan "curang" yang setelah mem-PHK, esoknya mencari pekerja baru. Semua pemberitaan itu, mudah di temukan dalam media on online tanah air saat ini. 

Lalu kira-kira bagaimana kisah dan nasib para buruh? Berikut adalah penuturan buruh sebuah perusahaan es krim yang terkena PHK, saya lansir dari suara.com, Jumat (1/5/2020). 

"Sudah dua bulan kami tidak digaji, waktu itu kan kami aksi mogok kerja karena pihak perusahaan saat itu mempekerjakan buruh wanita hamil di luar kewajaran sampai banyak ditemukan kasus keguguran buruh wanita," kata Jeje Supriatna di depan Perusahaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun