Supartono JW
Supartono JW Konsultan

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

(18) Ramadan Tak Biasa, Meneladani Didi Kempot, dan Penggemarnya

11 Mei 2020   05:46 Diperbarui: 11 Mei 2020   06:00 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(18) Ramadan Tak Biasa, Meneladani Didi Kempot, dan Penggemarnya
Sumber: Supartono JW

Sebab, inisiasi penggalangan dana ala Didi Kempot, ternyata menjadi "Karya Kemanusiaan" terakhir sang Maestro yang mampu menggugah hati masyarakat Indonesia begitu hebatnya. 

Siapa menyangka dan siapa yang pernah berpikir, bahwa dengan hanya menjual lagu daerah, campursari, asal Solo, di tangan seorang Didi, karyanya dapat menyatukan Indonesia dan tersebar ke manca negara. Campursari pun sudah go internasional. Saat, dijadikan "alat" penggalangan dana, pun menyentuh dan menggugah hati seluruh masyarakat Indonesia. 

Andai saja, Mas Didi masih ada, lalu mengulang gelaran pentas penggalangan dana, untuk PAPC19, yakin dana yang terkumpul akan berlipat lagi. 

Mengapa atas inisiasi Mas Didi yang disambut sepenuh hati oleh penggemarnya, lalu uang miliaran sangat mudah terkumpul? 

Berbuat baik, berbagi 

Dari penelitian yang dilakukan oleh University of California, Riverside, salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan kebahagiaan seseorang adalah dengan berbuat baik. Berbuat baik, dapat dilakukan dengan berbagai cara, semisal membantu orang lain dan membantu sesama yang kesusahan. 

Berbagai kegiatan serupa diyakini dapat meningkatkan emosi, pikiran dan perilaku positif yang kemudian meningkatkan perasaan bahagia dalam diri. Bila dikaitkan dengan penelitian tersebut, apa yang dilakukan oleh Mas Didi dan penggemarnya, juga penggalangan dana yang dilakukan oleh berbagai pihak dan individu lainnya, adalah cara mereka untuk meningkatkan kebahagiaan diri, yaitu dengan cara berbagi. 

Meski, dalam kehidupan nyata, bagi sebagian masyarakat masih banyak yang berpikir, berbagi adalah menyusahkan diri. Malah, banyak juga pihak dan individu yang tidak amanah dalam soal berbagi, karena malah diambil untuk keuntungan sendiri atau diselewengkan. 

Sejatinya siapa manusia yang telah "belajar" tidak memahami kisah bahwa manusia lahir ke dunia ini dalam kondisi tak memiliki apa-apa. Sehelai kain pun ia tak punya. Sehingga, semua yang nantinya dia miliki, berupa harta dan lainnya adalah milik Allah semata. 

Sangat jelas dalam Al-Quran Surat An-Nur ayat 33 disebutkan: "Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang Dikaruniakan-Nya kepadamu." 

Lalu, dalam menjalani kehidupan di dunia, apa yang dimiliki oleh setiap manusia, juga tidak akan abadi. Seluruh harta yang ada pada mereka hanyalah titipan dari Allah. Hal ini tersebut dalam Surat Al Hadid ayat 7: "Dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah Menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah)." (Al-Hadid 7). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun