Supartono JW
Supartono JW Konsultan

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

(22) Ramadan Tak Biasa, di Sisa Waktu yang Ada, Penuhilah dengan Cinta

15 Mei 2020   00:05 Diperbarui: 15 Mei 2020   00:24 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(22) Ramadan Tak Biasa, di Sisa Waktu yang Ada, Penuhilah dengan Cinta
Foto oleh Craig Adderley dari Pexels

Bila cinta, maka tak menyakiti. 

(Supartono JW.15052020

Ramadan Tak Biasa, telah sampai di hari ke-22. Kendati situasi pandemi corona masih terus terjadi dan mengiringi ibadah  Ramadan, dan terus membikin masyarakat tertekan karana kebijakan-kebijakan pemerintah daaml penanganan yang belum sesuai harapan, tidak lantas harus membuat semua masyarakat terus bersedih. 

Memang, atas kondisi yang ada, tekanan mental dan pikiran, mengakibatkan perilaku masyarakat, mulai dari rakyat jelata hingga pemimpin negeri masih jauh dari ekspetasi, karena segala tindak-tanduk dan perilaku masih dilandasi oleh sikap saling curiga, tak percaya, saling membenci  dan segala sikap negatif lainnya, yang turut menjadi ujian masyarakat dalam menjalani bulan dan ibadah Ramadan yang semestinya, khusu. 

Di hari ke-22 ini, alangkah baiknya, kita coba menengok lagi apa yang telah kita perbuat selama 21 hari yang telah kita lewati. Lebih banyak mana, antara sikap perbuatan dan amalan kita selama hari-hari itu? Apakah sikap yang benar dan baik, atau sikap dan amalan ibadah yang tidak benar dan buruk? 

Ke depan, masih tersisa 8 hari lagi, di fase ketiga keistimewaan Ramadan. Masih ada kesempatan di fase pembebasan dari api neraka untuk memperbaiki sikap dan amalan ibadah kita yang tidak benar dan yang buruk. 

Bagi yang selama ini masih terus dilanda keresahan dan kesedihan atas kondisi yang ada atau bagi umat yang selama ini terus dilimpahi "kelebihan" namun tak pernah pandai bersyukur, maka 8 hari kedepan harus dijadikan momentum kebangkitan untuk bersikap dan berbuat benar dan baik. 

Ramadan dan cinta 

Wahai umat manusia, perlu kita pahami bahwa selain penuh rahmat, ampunan, hikmah dan berkah, Ramadan adalah bulan penuh cinta. Karenanya ada fase keistinewaan 10 hari pertama, rahmat. 10 hari kedua maghfirah, dan kini 10 hari terakhir, pembebasan dari api neraka. Itulah sebabnya, tiga fase tersebut disiapkan Allah atas dasar cintaNya kepada umat manusia. 

Ketahuilah bahwa cinta menjadi sumber dan dasar penciptaan manusia dan alam semesta. Cinta dalam KBBI adalah perasaan suka sekali, dan sayang benar. Karenanya, dalam (Q.S. Al-Fajr, ayat 28) berbunyi,  "Ramadan adalah bulan penuh cinta dan harapan untuk kembali ke pelukan-Nya dengan cinta menggelora". 

Untuk itu, marilah dalam 8 hari ke depan, isilah pikiran dan hati kita dengan cinta, maka segala langkah dan perbuatan dalam melanjutkan ibadah Ramadan ini benar-benar penuh keberkahan, diangkat dari kesusahan serta dijauhkan dari perbuatan salah dan dosa, tidak saling membenci. 

Dijelaskan dalam hadits qudsi, yang familiar di kalangan para Sufi, Allah mengungkapkan cinta-Nya tersebut, yang ditujukan kepada Rasulullah SAW,  "Kalau bukan karena Engkau (Muhammad SAW), Kalau bukan karena Engkau (Muhammad SAW) tidak Aku ciptakan alam semesta". Kecintaan Allah kepada manusia dapat dilihat berbagai ciptaan-Nya di alam semesta (makrokosmos) serta manusia (mikrokosmos). 

Oleh sebab itu, "manusia adalah ciptaan terbaik Allah" (Q.S. Al-Tin, ayat 4), karenanya Allah menyediakan alam semesta ini demi menunjang keberlangsungan kehidupannya, yang kesemuanya ini merupakan nikmat. Selain nikmat cinta, Allah juga melengkapi manusia dengan petunjuk dan pedoman hidup Al Quran agar tidak tersesat dan salah arah tujuan. 

Al Quran di turunkan saat bulan Ramadan,  sehingga ibadah dalam bulan Ramadan menjadi keistimewaan. Karena itu, Rasulullah SAW mengatakan "Seandainya umat manusia mengetahui pahala ibadah di bulan ramadhan, maka niscaya mereka akan meminta agar satu tahun penuh menjadi ramadhan." (HR. Tabrani, Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi). 

Sejatinya ada yang berpendapat bahwa hadis itu palsu atau kualitas hadis tersebut dipersoalkan, karena dari sisi sanad terdapat perawi yang dinilai pernah berdusta (majalahnabawai.com 8/6/2017), namun konten hadis yang sering dikutip para dai, mubaligh, ustad, dan ustadzah pada tausiyah Ramadhan itu setidaknya memberi motivasi positif bagi umat untuk terus berupaya mengetahui lebih dalam apa sebenarnya hakikat, ganjaran atau keistimewaan bulan ramadhan.

Sehingga jika mengetahui keistimewaannya, maka pasti berharap 12 bulan dalam setahun keseluruhannya sederajat dengan bulan penuh kemuliaan yaitu ramadhan. 

Upgrade, update, dan instal 

Dengan memahami bahwa cinta menjadi dasar penciptaan manusia oleh Allah, maka di waktu hanya 1 bulan dari 12 bulan dalam 1 tahun, kini di sisa 8 hari ibadah Ramadan masih ada waktu untuk kita meng-upgrade=menaikkan, meng-update=memperbarui, dan meng-instal=memasang kembali program-program ibadah Ramadan yang belum benar. 

Sebagai bulan khusus, Ramadan menyediakan berbagai perangkat upgrade, update, dan instal program ibadah yang dapat digunakan oleh manusia menjadi media untuk merangkai, memupuk dan memasang kembali bentuk dan kualitas 'cinta'nya kepada Allah, Sebab, selama sebelas bulan yang lain, berkutat, bergelut, dan berperang melawan godaan setan, yang tidak pernah bosan untuk menjauhkan kita dari Allah. 

Karenanya, Ramadan memang diciptakan sebagai bulan yang berfungsi untuk meng-upgrade, meng-update, dan meng-instal segala perangkat batiniah dan spiritual kita, yang pasti mengalami degradasi selama sebelas bulan lainnya. 

Sekali lagi, manusia diciptakan atas dasar cinta oleh Allah. Kemudian manusia diberikan pedoman hidup Al Quran di bulan yang penuh keistimewaan, penuh rahmat, hikmah, berkah, dan ampunan. 

Marilah, di sisa waktu yang ada, meski kondisi dan situasi masih sama, pandemi corona dan penuh tekanan, kita langkahkan segala sikap dan amalan ibadah Ramadan dengan penuh rasa cinta. Aamiin. 

Sumber: Supartono JW
Sumber: Supartono JW

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun