(25) Ramadan Tak Biasa, Tetaplah Rendah Hati
Bila hanya melihat kejadian seperti tersebut selama bulan Ramadan saja, sudah tak dapat kalkulasi jumlah manusia yang tak rendah diri. Untuk itu, di sisa Ramadan ini, masih ada waktu bagi kita untuk mawas diri, instrospeski diri, dan merefleksi diri, mengapa kita, saya, dan juga manusia lainnya banyak sekali yang belum rendah hati.
Padahal, seandainya kita, benar-benar dapat menguasai dan mengontrol diri, kerendahan hati itu akan membuat kita dapat terbuka pada sudut pandang orang lain. Menerima apa pendapat, kritik, saran, dan masukan dari orang lain, pihak lain.
Itu artinya cerdas intelegensi dan personaliti (emosi), sehingga, pasti bisa terbuka dengan setiap masukan tanpa bersikukuh dengan pengetahuannya sendiri.
Selanjutnya kita akan menyadari saat berbuat salah, tidak menentang orang lain, dapat diteladani dan memimpin baik di lingkungan keluarga, lingkungan kerja atau pun lingkungan masyarakat.
Sebab, mampu berkompromi dengan orang lain, pihak lain, dan keadaan. Dengan sikap-sikap tersebut, maka orang yang rendah hati akan memiliki hubungan baik dengan orang-orang dari semua pandangan yang berbeda dan mampu menekan ego.
Kini di 24 hari ibadah Ramadan yang telah kita lewati, kita sudah dapat membaca siapa orang-orang di sekitar kita dan di negeri ini yang hanya masih mementingkan ego.
Semoga hari ini dan sisa lima hari Ibadah Ramadan tahun ini, dengan refleksi dan instrospeksi diri, kita dapat belajar dan mempraktikan menjadi pribadi yang rendah hati.
Bila kita masih melihat orang lain kuat dengan egonya, maka bila kita tetap tunjukkan kerendahan hati dan kesabaran kita di hadapan orang-orang yang masih mementingkan ego, insyaAllah mereka akan tergerak hatinya, sadar, dan menjadi rendah hati. Aamiin.