Supartono JW
Supartono JW Konsultan

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

1445 H (2) Menjadi Aktor/Aktris Asli di Kehidupan Nyata

12 Maret 2024   00:13 Diperbarui: 12 Maret 2024   00:20 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1445 H (2) Menjadi Aktor/Aktris Asli di Kehidupan Nyata
Ilustrasi Supartono JW

Sejauh kaki melangkah dalam kehidupan di dunia, apakah ilmu yang saya, kita peroleh melalui jalur pendidikan formal atau nonformal (baca: otodidak), benar-benar dapat diaplikasikan dengan benar dan baik? Bermanfaat untuk saya, kita, keluarga, lingkungan, masyarakat, hingga bangsa dan negara?

Sebagai pribadi, individu, apakah karakter saya, kita, memberikan pengaruh benar dan baik, teladan, bagi keluarga, lingkungan, masyarakat, hingga bangsa dan negara?

Apakah saya, kita, sudah berperan sesuai dengan kompetensi di dalam kehidupan di tengah keluarga, lingkungan, masyarakat, hingga bangsa dan negara?

Jujurlah pada diri sendiri. Apakah selama hidup ini, saya sudah menjadi aktor/aktris yang benar dan baik, berkarakter protagonis. Atau bahkan sudah dapat menjadi aktor/aktris asli yang memerankan diri sendiri berkategori tritagonis?

Atau malah selama hidup ini, saya malah selalu menjadi aktor/aktris asli yang sikap, perbuatan, dan hidupnya penuh kepura-puraan, penuh topeng, jahat, licik, pembuat kisruh, gaduh, pembuat masalah (trouble maker), bahkan berlindung di balik kedok agama dan pendidikan yang tinggi? Tidak jauh berbeda dengan aktor/aktris palsu yang memerankan karakter anatagonis, jahat, kejam, bengis, licik, pura-pura, bertopeng?

Selama ini, sepanjang masih diberikan kesempatan bernafas, hidup, jujur, saya, kita disimpulkan termasuk golongan aktor atau aktris yang mana? Apakah protogonis? Atau antagonis? Atau tritagonis?

Dalam panggung sandiwara/film/sinetron/dll, karakter protagonis adalah orang yang memerankan tokoh utama pada sebuah cerita. Protagonis berasal dari bahasa Yunani,  protos yang artinya pertama. Sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan protagonis adalah tokoh utama dalam cerita rekaan atau dramatik.

Protagonis merujuk pada sifat yang netral, bisa baik ataupun jahat, walaupun pada umumnya banyak cerita dengan tokoh protagonis yang baik.

Protagonis bertujuan sebagai pembangun plot dalam sebuah cerita. Ia biasanya memiliki tujuan tertentu dan menghadapi banyak konflik di sepanjang cerita berlangsung.

Lantaran dalam banyak cerita biasanya menggunakan sudut pandang si tokoh utama, maka protagonis seringkali dimunculkan dengan watak yang baik, positif, punya sifat terpuji, dan sesuai dengan nilai moral, meski tidak selalu demikian.

Berikutnya, karakter antagonis sesuai KBBI adalah tokoh dalam karya sastra yang merupakan penentang dari tokoh utama alias tokoh lawan. Antagonis identik dengan orang yang menentang atau melawan si protagonis, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara fisik maupun batin. Tokoh yang menghambat atau menghalangi tujuan protagonis yang merupakan karakter utama dalam cerita. Dengan kehadiran tokoh antagonis, konflik dalam cerita akan menjadi lebih kuat dan berkembang. Antagonis digambarkan sebagai sosok buruk, jahat, licik, bertopeng, pura-pura, bahkan disebut sebagai sumber masalah  dalam sebuah cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

15 March 2024

MYSTERY CHALANGE

Mystery Challenge | Video Youtube to KGNow Semarak Pasar Takjil
ramadan bercerita 2024  ramadan bercerita 2024 hari 5 
16 March 2024
Lokasi Ngabuburit Favorit
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 6
17 March 2024
Menu Sahur Tinggi Serat
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 7

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun