Supartono JW
Supartono JW Konsultan

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

1445 H (12) Membenarkan yang Salah, Membaikkan yang Buruk

22 Maret 2024   01:09 Diperbarui: 22 Maret 2024   04:32 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1445 H (12) Membenarkan yang Salah, Membaikkan yang Buruk
Ilustrasi Supartono JW

Bersikap dan berbuat membenarkan yang salah, membaikkan yang buruk, terkadang pelakunya justru yang tahu, paham, kompeten dalam teori dan praktik agama serta pendidikan.

(Supartono JW.22032024)

Sebagai rakyat jelata, di tengah ibadah Ramadan 1445 Hijriah, di fase ampunan, perasaan senang dan sedih saya rasakan saat KPU mengumumkan hasil Pemilu 2024, Rabu malam (20/3/2024).

Senang, karena dari semua rangkain proses sampai hasil Pemilu diumumkan, saya sebut sesuai Program. Namun sedih, karena secara logika, akal sehat, di negeri ini sedang terjadi degradasi etika dan moral yang luar biasa fatal.

Lebih fatal karena siapa yang menjadi pemicunya, adalah pribadi-pribadi yang perjalanan hidupnya seperti tidak pernah mengenal ajaran agama, pendidikan di sekolah, kuliah, kehidupan masyarakat, kehidupan berbangsa bernegara yang benar dan baik.

Drama Pemilu pun, bila sejak awal saya diminta membuat tema/judul, sesuai keadaan yang sudah terjadi, saya buat: "Membenarkan yang Salah, Membaikkan yang Buruk".

Pendidikan kita

Sebagai cerminan, mengapa kondisi terkini Indonesia seperti sekarang ini, penuh dengan kejadian buruk yang dianggap baik, dan salah yang dibenarkan, lihatlah contoh ilustrasi salah satu yang menjadi penyumbang benang kusutnya. Kisahnya, nyata:

Saat saya mengikuti Seminar Pendidikan di Jakarta, sebut saja, puluhan tahun yang lalu. Masih ada dalam catatan dan ingatan saya. Salah satu nara sumber yang diundang, menyampaikan materi tentang hal yang baik, tetapi dianggap buruk dan yang salah dianggap benar.

Nara sumber ini, saya sebut saja A, adalah seorang penguasa sukses. Memiliki beberapa perusahaan yang tersebar di nusantara. Memiliki dua anak. Tinggal di Jakarta. Salah satu budaya dan prinsip dalam hubungan keluarga dengan istri dan anaknya, menjadikan meja makan adalah quality time-nya, untuk membangun kebersamaan keluarga. Sesibuk apa pun, meja makan khususnya sarapan pagi dan  makan malam, menjadi prioritas, dia, istri dan dua anaknya harus makan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun