Fergusoo
Fergusoo Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Kado Lebaran Belinya Offline Saja, Ya, Ibu-ibu

13 Mei 2020   22:39 Diperbarui: 13 Mei 2020   22:31 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kado Lebaran Belinya Offline Saja, Ya, Ibu-ibu
Sumber: money.kompas.com

Ada satu ritual unik yang sering terjadi sebelum waktu lebaran tiba. Selain sibuk memperbaiki ibadah agar semakin baik menuju ke hari-hari terakhir puasa, ternyata yang jangan sampai terlupakan juga  adalah menyiapkan kado lebarannya.

Istilah ini sebenarnya saya dapati dari judul topik kompasiana. Sesungguhnya sebutan kado lebaran adalah sesuatu yang baru dan asing ditelinga saya, apalagi masyarakat disekitar kampung saya. Mungkin maksud admin kompasiana kado lebaran itu adalah hadiah lebaran yang berupa barang atau uang. Nah kalau soal uang lain lagi istilahnya. Kami menyebutnya THR (Tunai Hari Raya) yang biasanya didapatkan dan diberikan kepada anak-anak kecil yang puasanya full selama  ramadhan.

Berbicara tentang kado lebaran, kita pasti mulai bertanya-tanya didalam hati, kira-kira kado atau hadiah yang cocok untuk diberikan kepada si A, Si B, Si C  pada saat lebaran apa sih? Belinya dimana, harganya berapa, kualitasnya cocok apa gak dan segala tetek bengek pertimbangan yang lain.

Menyangkut perihal tersebut, saya memiliki pengalaman yang cukup menarik mengenai sengkarut pro kontra membeli kado lebaran harus offline ataukah online. Sejujurnya membeli kado lebaran dengan cara online atau offline bukanlah sebuah masalah yang cukup sengit untuk diperdebatkan.

Yang penting dari itu semua adalah membelinya harus dengan hati yang ikhlas, uangnya cukup dan ada; maksud saya jangan sampai ngutang hanya untuk membeli kado Serta yang paling terpenting adalah barang yang dibeli sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh orang yang akan kita beri kado. Perkara sederhana, sambil tutup mata pun bisa Hiyaaa hiya hiya

Barang-barang yang dijual online maupun offline tentu sama saja kan. Maksudnya sama bagus dan kualitasnya. Hanya saja ada keuntungan dan kekurangan jika kita membeli offline maupun online. Dari kampung saya, yang sinyal telpon seluler saja kadang sering-sering hilang ditelan angin, belanjanya harus serba offline. Harus datang langsung ke tempat si penjual untuk memastikan kualitas dan kuantitas sesuai dengan kebutuhan.

Namun jika teman-teman yang mungkin didaerahnya terfasilitasi dengan jaringan intenet tak ada salahnya jika ingin berbelanja secara online. Bahkan jika Anda yang berada di Aceh ingin membelikan Baju koteka khas Papua sebagai kado lebaran untuk saudara yang tinggal di Kalimantan pun bisa. Modal jempol, barang diantar dan tinggal tunggu sang kurir berdiri manis mengetuk pintu , barang langsung ditangan.

Tetapi sebagai manusia yang memiliki perilaku konsumtif tinggi, saya lebih menyukai berbelanja offline. Mengapa? Karena ketika berbelanja secara offline alias luring, ada komunikasi akrab yang terjadi antara pedagang dan pembeli. Komunikasi interaktif ini adalah biang keladi harga barang yang semula tinggi menjadi turun, yang semula tak ada diskon bisa-bisa langsung diskon, yang tadinya beli satu malah dapat dua. Dan semua itu benar terjadi serta masih menjadi misteri didunia perdagangan kita.

Sensasi belanja kado lebaran dengan offline daripada online juga berbeda. Jika tidak percaya, ajak saja ibumu kepasar atau ke toko untuk belanja. Ibu sebagai Maestro nya pembeli tentu sangat apik dan lincah ketika berbelanja. Mereka sangat detail, sungguh-sungguh detail. Tak ada satupun yang terlewatkan dari mereka.
Selain itu aktor yang paling memainkan peran penting dalam menyiapkan hadiah atau kado lebaran sebelum lebaran tiba adalah ibu. 

Sewaktu kecil, teman-teman saya yang berpuasa  mengaku bahwa ibu akan membelikan ini. . . membelikan itu . . . jika puasanya full. Wah-wah, jadilah mereka semakin semangat berpuasa hingga puasanya full dan sukses menuju hari terakhir puasa.

Ketika mengikuti ibu berbelanja offline, perasaaan saya jadi campur sari kayak lagunya almarhum Didi Kempot. Bagaimana tidak, seisi pasar sudah tahu bahwa ibu saya ini adalah Ratu Tawar yang paling disegani oleh pembeli. Bahkan beberapa ibu-ibu milenal yang baru menikah, memohon kepada ibu saya agar membagikan tutorial atau semacam pelatihan dalam dunia tawar-menawar dipasar. Duh sudah macam pelatihan Kartu Prakerja saja yah.

Sejujurnya dengan berbelanja oflline ini, ibu-ibu rumah tangga sangat diuntungkan. Pilihan barang dan kualitas yang diingan menjadi sangat banyak dan beragam. Beda ketika kita berbelanja online. Jika sekilas melihat gambarnya bagus, jempol langsung terburu-buru memasukkannya kedalam keranjang belanja. Atau jika kita ingin bertanya tentang spesifik barang, harus chat admin terlebih dahulu. Syukur kalau respo penjualnya cepat. Kalau responnya lama gimana? Tunggu sampai lebaran selesai, adminnya baru balas chat. Metode belanja online itu, cukup kita jadikan sebagai tempat referensi untuk berbelanja saja.

Lain cerita bila berbelanja offline. Barang yang akan dibeli tentu bisa diamati secermat-cermatnya. Mulai dari warna hingga bentuk, kita bebas mengeksplorasi barang yang akan kita beli tersebut. Pembeli bertanya, penjual menjawab. Kemana pun pembeli melangkah, kesitu pula para penjual atau pelayan toko menemani. Setidaknya kita bisa jadi lebih puas dan nyaman ketika akan memberikan sebuah kado kepada keluarga atau kolega.

Jadi, untuk para ibu rumah tangga yang saat ini akan berbelanja kado lebaran atau siapapun kalian yang sedang sibuk ingin mencari-cari kado lebaran, belilah secara offline. Dengan metode offline, kualitas barang yang akan dibeli lebih terjamin. Lalu ada komunikasi interaktif yang terjadi antara pembeli dan pedagang yang menjadi cikal bakal turunya harga atau kita bisa mendapat diskon. 

Tetapi perlu untuk dicatat, ketika berbelanja offline jangan lupa mengggunakan masker dan menjaga jarak aman yah. Selain itu ketika sudah berbelanja jangan lupa langsung mencuci tangan dan mengganti pakaian yang sudah dipakai.  Mengingat saat ini kita sedang dilanda wabah pandemi corona. 

Oke, Selamat berbelanja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun