Ibu rumah tangga, yang roastery coffee dan suka menulis feature, juga jalan-jalan
Fase Maaf-maafan
SAAT REMAJA
Masa remaja suasana maaf-maafan yang terkenang bahwa saat tertentu ikut berkumpul bergantian di keluarga bapak dan ibu, paman dan bibi, juga saudara lainnya. Hal itu menghilang sejak pindah ke Lahat, tidak satupun keluarga, sanak famili disini.
Saat remaja itulah hubungan ukhuwah dan silaturahmi dengan beberapa guru/pendidik terasa makin erat. Wejangan itu tidak hanya di sekolah, suasana lebaran bisa dilakukan para pendidik dan terasa lebih santai meski kami murid tetap segan.
SAAT KULIAH
Suasana maaf-maafan anak kos jaman wow, mengantri di warung telekomunikasi (wartel) menelpon orang tua di kampung halaman. Suasana bersama teman kos yang tidak pulang, biasanya bertukar masakan dan kue, atau oleh-oleh kiriman dari kampung halaman.
Baru terasa kehilangan orang tua saat kuliah, home sick, menggurung diri setelah shalat Ied, nanggis sendiri melihat kamar kos sepi.
SAAT SUDAH MENIKAH
Keluarga makin banyak setelah menikah. Teman juga makin luas seluas pergaulan. Tapi yang berkesan saat anak pertama lahir di 11 Ramadhan. Kado untuk cucu perempuan pertama itu memenuhi satu kamar tak cukup. Kami pun bersedekah sekaligus saat Idul Fitri kumpul keluarga. Yang paling bahagia bapak dan ibuku, perjuangan kakek-nenek yang luar biasa.
"Aku baru pulang seminggu, anakmu lahir."
"Tahu gitu, nandak (tidak mau) bapak balek (pulang) ke Palembang."
"Kau ingat ya, harus kakek yang memberi nama."