Sri Maryati
Sri Maryati Wiraswasta

Mengalirkan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Potensi Ekonomi Ramadan dan Nasib Petani Garam

5 Maret 2024   15:19 Diperbarui: 12 Maret 2024   13:34 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potensi Ekonomi Ramadan dan Nasib Petani Garam
Aneka produk garam dapur di rak supermaket (dokpri)

Perlu perbaikan program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat disingkat Pugar sesuai dengan tantangan zaman. Penggelontoran dana Pugar yang diperuntukkan bagi 10 provinsi yang memiliki basis penggaraman belum efektif untuk memperbaiki harga dan produktivitas garam rakyat. 

Pentingnya pembukaan lahan baru yang disertai dengan pemberian insentif serta perbaikan sistem distribusi dan metode produksi. Perubahan iklim dan cuaca ekstrim terkait dengan sensitivitas produksi garam lokal bisa diatasi dengan solusi teknologi.

Hingga kini nasib petani garam masih prihatin. Jika produksi garam meningkat harganya jatuh. Karena kalangan industri belum banyak yang mau membeli garam rakyat akibat sudah terikat dengan sindikasi pengimpor garam.

Dan jika produksi merosot mereka dibiarkan menderita. Dan pihak pemerintah punya alasan untuk impor garam secara besar-besaran. Langkah petani garam pada saat ini menjadi serba salah ketika berusaha meningkatkan kualitas produknya.

Meskipun dengan langkah yang terseok-seok sebenarnya petani sudah mampu meningkatkan mutu garamnya. Namun, peningkatan tersebut masih dilecehkan oleh kalangan industri.

Untuk itu, pemerintah dituntut agar bersungguh-sungguh membantu inovasi teknologi produksi pergaraman rakyat. Untuk membantu petani garam dalam menggapai harga yang wajar serta meningkatkan persentase serapan garam rakyat untuk industri domestik diperlukan lembaga semacam badan penyangga garam rakyat.

Pemerintah daerah membuat badan tersebut dan harus mampu menerobos sindikasi garam industri yang selama ini telah meminggirkan garam rakyat. Selain itu Badan tersebut juga berfungsi sebagai pengontrol atau pengawas regulasi garam di lapangan.

Sebenarnya dari bahan baku awal yaitu garam kasar yang dihasilkan sentra industri garam di sepanjang pantai Nusantara sudah mampu memproduksi berbagai jenis garam untuk memenuhi berbagai keperluan. Baik untuk kebutuhan rumah tangga, maupun kebutuhan industri, peternakan, dan pertanian.

Kualitas garam yang belum optimal dan proses produksi yang membutuhkan inovasi teknologi harus segera dituntaskan oleh pemerintah.

Kebutuhan garam sebagai konsumsi rumah tangga sebenarnya volumenya sangat kecil bila dibandingkan dengan sebagai bahan baku untuk proses pengolahan dan industri. Apalagi menurut WHO perlunya inovasi produk garam yang bermutu sehingga bisa menekan resiko penyakit darah tinggi. 

WHO merekomendasikan rata-rata pemakaian garam bermutu untuk setiap orang sehari-harinya sebesar 5 gram. Selama ini produk garam diserap oleh industri, terutama untuk jenis industri yang membutuhkan banyak klor dan soda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun