Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Tradisi Bukber di Rumah ala Saya

20 April 2023   22:02 Diperbarui: 20 April 2023   22:04 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Bukber di Rumah ala Saya
Bukber sederhana dengan adik Yatim binaan Yatim Mandiri. Foto dokpri

Buka bersama atau dikenal dengan bukber sudah menjadi tradisi saat Ramadan.

Tidak diketahui kapan bukber mulai  dilakukan masyarakat. Saya pun lupa kapan pertama kali menghadiri tradisi ini. Yang saya ingat Bapak sering menyuruh untuk memanggil penjaga masjid berbuka di rumah.

"Sambil berangkat kerja, mampir ke ustadz, suruh buka puasa di rumah," perintah Bapak saat itu.

Buka puasa di rumah, sederhana saja karena penghasilan Bapak sebagai pensiunan guru sangat kecil. 

Berbeda dengan para pejabat yang melaksanakan bukber. Aneka makanan, minuman tak luput dari jepretan para juru warta. Apalagi para artis papan atas. Tidak bisa dihitung biaya yang mereka keluarkan untuk bukber di hotel, restoran.

Tidak ada salahnya keluar dana banyak karena berdasarkan hadist nabi, "Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga."

Bukber secara sederhana atau mewah yang terpenting adalah keberkahan memberi makan orang yang berpuasa.

Bukber pun bukan sekadar membatalkan puasa secara bersama-sama, juga dapat menyegarkan hubungan di antara keluarga, teman, komunitas.

Tak jarang setelah bukber hubungan dengan teman membaik atau ada terjalin kerja sama.

Bagaimana bukber ala saya di desa

Bukber dilakukan masyarakat beragam, ada yang memilih bersama keluarga di restoran, warung nasi, kafe atau di rumah saja. 

Dana untuk bukber pun tak selamanya dari pengundang, ada juga iuran. Kalau iuran biasanya bukber ala anak sekolahan. Mereka bayar sendiri makanan yang dipesan.

Mungkin orang dewasa juga ada yang demikian. Mereka bukber tetapi bayar masing-masing.

Sementara saya tidak melaksanakan bukber bersama teman di luar. Saya lebih fokus berbuka dengan keluarga di rumah dan adik-adik yatim.

Bukber dengan adik Yatim binaan Yatim Mandiri. Foto dokpri
Bukber dengan adik Yatim binaan Yatim Mandiri. Foto dokpri

Bukber dengan Adik Yatim

Sudah hampir 8 tahun saya punya tradisi bukber di rumah bersama adik Yatim binaan Yatim Mandiri.

Kami akan mengundang sebanyak 50 anak Yatim dari Yatim Mandiri untuk berbuka puasa dan berbagi keberkahan. 

Ketika adik-adik berkumpul dan duduk mendengar ceramah dari pimpinan cabang Yatim Mandiri. Ada perasaan haru. Segitu kuatnya mereka menjalani hidup tanpa kepala keluarga. 

Apalagi ketika ada seorang ibu yang menceritakan suaminya meninggal saat anaknya baru lahir. Si ibu merawat anak sendirian.

Apa yang kita berikan, kecil bagi kita, tetapi bagi adik-adik sangat besar. Bukber bagi kita suatu hal yang kecil, tetapi bagi mereka sangat mewah.

Saya sangat senang ketika adik-adik itu hendak ambil wudhu. Mereka antri di depan mushala dengan tertib. 

Bukber sederhana dengan adik Yatim. Foto sesaat setelah salat magrib. Dokpri
Bukber sederhana dengan adik Yatim. Foto sesaat setelah salat magrib. Dokpri

Selain di kran depan mushala, adik-adik bisa berwudhu di kran yang ada di halaman depan, kamar nakdis juga kamar mandi umum.

Selain adik Yatim, saya mengundang teman dekat dari anak, kerabat juga adik Yatim di lingkungan. 

Wasana Kata

Saya menceritakan kisah bukber sederhana dengan adik Yatim bukan bermaksud riya. Saya masih ingat ketika sebelum menjadi donatur tetap Yatim Mandiri. Suami lebih suka memberi langsung  pada orang terdekat. Seperti kerabat, tetangga.

Setelah ada orang menceritakan kiprahnya untuk adik-adik Yatim. Kami merasa diingatkan, selama ini hanya melihat yang dekat. Anak-anak yatim di luar sana pun membutuhkan perhatian, bimbingan. 

Kita tak perlu menunggu kaya untuk berbagi, itu pesan almarhum Bapak.

Semoga bermanfaat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun