Sri Rumani
Sri Rumani Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ujian di Bulan Ramadan, Melawan Hawa Nafsu

25 Mei 2018   18:39 Diperbarui: 27 Mei 2018   07:18 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ujian di Bulan Ramadan, Melawan Hawa Nafsu
mobavatar-com-5b0887eadd0fa85ebe71aec2.jpg

Dalam satu tahun yang berisi duabelas (12) bulan, ada satu (satu) bulan yang sangat dirindukan oleh umah Islam di seluruh dunia, yaitu bulan Ramadan. Tidak heran bila untuk menyambut kedatangan bulan istimewa itu perlu persiapan fisik, psikis, biologis, dan ekonomis, agar setelah bulan Ramadan berakhir, membawa perubahan bagi setiap muslim yang menjalaninya.

Merugilah bagi yang masih mendapat kesempatan bertemu bulan Ramadan, namun tidak ada dampak positif, dan nilai tambah untuk menjalin hubungan secara vertikal (hablum minallah), dan horisontal (hablum minannas). Bulan Ramadan wahana yang ideal untuk memperbaikinya dan meningkatkan, sehingga menjadi umat yang takwa (menjalankan perintah dan menjauhkan laranganNya).

Namun untuk menuju derajad takwa penuh cobaan, aral melintang, godaan, tantangan dan hambatan. Jalan kadang tidak lurus dan bagus, sering berbatu, bergelombang, penuh belokan tajam. Perlu hati-hati bagi setiap orang yang melewatinya, walau sudah ada rambu-rambu yang dipasang dan diberikan, sering tidak terlihat, atau godaan yang sengaja untuk menghambat perjalanan. Godaan bisa berasal dari dalam diri seseorang (internal) atau dari luar diri (eksternal).

Dan godaan paling besar adalah dari dalam diri sendiri berupa hawa nafsu. Musuh paling besar bukan tentara dengan persenjataan yang lengkap dan canggih, namun melawan "hawa nafsu" yang ada di dalam nurani dan batin/jiwa setiap orang. Hawa nafsu ada yang baik, keinginan untuk memuaskan kebutuhan jasmani dan rohani (makan, minum, dipuja, dicintai), dan hawa nafsu yang tidak baik (amarah, panas hati, meradang).

Puasa Ramadan umat Islam tidak hanya menahan lapar dan dahaga selama fajar sampai matahari terbenam, namun yang utama adalah menaham hawa nafsu yang tidak baik (secara batiniah), karena puasa itu ujian bagi umatNya.Ujian dikatakan lulus bila sudah memenuhi syarat dan ketentuan, indikator kelulusan, dan nilai terbaik adalah meningkatnya iman dan takwa.

Ada kelompok umat yang masih diberi kesempatan untuk mengulang dan memperbaiki nilai puasa. Oleh karena itu wajib  disyukuri, dinikmati, dan dijalani dengan rasa tulus ikhlas, sabar, dan senang. Dan terakhir adalah kolompok yang sudah tidak ada kesempatan lagi memperbaiki, sekedar menjalankan saja sudah tidak mampu, karena sakit parah, tua renta, dan halangan lainnya.

Ujian yang paling nyata untuk melawan hawa nafsu bagi orang yang sedang berpuasa adalah rasa haus dan lapar yang mendera ketika jam makan siang. Warung, kantin, dan restoran yang tetap buka untuk memberi pelayanan bagi yang tidak puasa, menjadi ujian berat yang harus dihadapi. 

Memang tidak ada larangan warung, rumah makan, restoran, yang menyediakan makanan dan mimunan harus tutup, namun dihimbau untuk menghormati orang yang sedang berpuasa. Jauh hari sebelum puasa datang sudah ada himbauan di kantor-kantor, dan masyarakat, agar tercipta suasana yang kondusif.

Artinya warung, kantin, rumah makan, restoran, tetap boleh buka, asal tidak terlalu menyolok. Kalaupun ada di tempat terbuka perlu di tutup dengan kain, sehingga suasana orang sedang menikmati makan dan minum tidak terlihat langsung.

Tidak perlu ada razia warung makan, karena mereka juga dibutuhkan oleh orang-orang yang sedang tidak puasa, musafir, dan orang sakit. Selain itu bagi orang yang punya warung makan, buka jualan sebagai satu-satunya mata pencaharian untuk menghidupi anak dan keluarganya.

Apalagi rakyat kecil dengan modal pas-pasan yang harus memenuhi kebutuhan hidup, membuka warung makan adalah sember penghidupannya. Disinilah orang yang berpuasa diuji untuk memberikan kesempatan dan rasa empati kepada sesama umat agar tetap dapat bertahan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun