Kisahku tentang Toleransi Beragama: Tak Ada Sekat dalam Pergaulan
Ada seorang rekan kerja senior dengan agama yang berbeda dengan agama saya. Istrinya super duper baik. Makanan dan cemilan hampir tiap saat dibawain sebagai teman siaran saya. Sebagai balasannya, saya mengirimkan sebuah lagu lewat udara sebagai ucapan terima kasih.
Kami berteman baik, meskipun lebih banyak menyapa via radio.
Atasan saya di radio juga seorang non muslim. Pada saat bulan ramadan, ada segmentasi siar khusus ramadan menjelang berbuka puasa, dan siapapun yang bertugas siaran pada jadwal tersebut, selalu mendapatkan takjil untuk berbuka puasa. Kami juga selalu disediain THR menjelang lebaran.
Saya pun biasanya memberikan kue kering khas lebaran untuk beliau nikmati bersama keluarga.
Perbedaan memang bisa menjadi kekuatan jika dipandang secara positif namun bisa memicu konflik jika dipandang secara negatif.
Dalam surah Al Mumtahanah ayat ke-8 dalam alquran, Allah tidak melarang kita untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi karena agama dan tidak (pula) mengusir dari negeri kita. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Kehidupan yang rukun dalam menerima kemajemukan menyadarkan kita bahwa realitas kehidupan di Indonesia adalah heterogen. Tidak memaksakan untuk satu warna karena kita memang terlahir berbeda.
Sungguh indahnya hidup bertoleransi.