Rakha Stevhira
Rakha Stevhira Penulis

Peminat kajian sufistik dan pemikiran islam

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Tingkatan Amal Perbuatan

27 Maret 2024   20:15 Diperbarui: 27 Maret 2024   20:28 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemudian kita sampai pada puncak kondisi dari ahwal yaitu 'arif. Para 'arif sangat sungguh bisa terhitung jumlahnya karena saking langkanya mereka. Pengalaman spiritual yang mereka alami benar benar sudah mencapai puncaknya. Dimana mereka merasakan hidup mereka hanya benar-benar untuk Tuhan semata. Seakan nafsu sudah tidak nampak, karena nafsu akan hal-hal yang bersifat duniawi sudah lebur dan menghilang pada tingkatan sebelumnya.

Dari cerminan atas kondisi tersebut mereka akan selalu kita dapati dengan keadaan yang selalu tersenyum, periang, seakan-akan yang tersisa hanyalah kemurahan dan kelembutan darinya. Sampai pada suatu kasus ketika mereka berhadapan dengan perilaku yang jika dalam ilmu fiqh sudah dihukumi kafir, dengan menakjubkannya, mereka sama sekali tidak murka terhadap pelakunya karena mereka melihat dengan pandangan penuh rahmat.

Dalam suatu pertemuan majelis dengan salah satu guru kami ada pelajaran indah dari tuturkata yang penuh rahmat dan kasih sayang darinya. Salah satu dari yang hadir ada yang bertanya mengenai posisi Ibnu Sina di akhirat. Sedikit info tambahan bahwa Ibnu Sina ini adalah salah satu ulama yang sudah dianggap kafir oleh Al-Ghazali secara akidah.

Kafir ini sudah bukan kafir secara fiqh lagi, tetapi secara akidah. Bisa kita bayangkan! Kemudian guru kami menjawab dengan menceritakan sebuah pertemuan dengan seorang fulan yang menuturkan sebuah cerita yang disampaikan dari fulan sampai fulan yang mengalami sebuah mimpi.

Mimpi tersebut menceritakan tentang peristiwa yang sedang berlangsung di majelis tersebut. Jawaban dari pertanyaannya kemudian dijawab oleh seseorang yang ada di dalam mimpinya dengan berkata "Ibnu Sina adalah seorang yang sangat soleh, dia ingin berjalan menuju Tuhan tetapi tanpa Rasulullah, yang kemudian menyabkannya jatuh kedalam api neraka"

Guru kami berkomentar dengan mengoreksi bahwa mungkin terjadi kecacatan sanad dalam penyampaian cerita tersebut dengan berkata "Aku yakin bahwa seorang soleh seperti Ibnu Sina tidak mungkin masuk ke neraka. Aku berhusnudzan kepada Imam besar seperti beliau"

Bagaimana tidak? Ibnu Sina ini sangat banyak memberikan sumbangsih terhadap dunia kedokteran modern saat ini. Bukunya yang berjudul qanun fii al-tibb yang menjadi rujukan dunia medis barat pasti sudah banyak menolong banyak manusia di dunia ini. Maka akupun berhusnudzan bahwa beliau tidak mungkin masuk kedalam neraka.

Sikap seperti ini bisa kita terapkan pada kehidupan sehari-hari. Terhadap kabar yang masih belum pasti, terhadap situasi yang selalu membuat kita mudah menghakimi orang lain, ataupun terhadap keadaan sulitmu saat ini.

Berhusnudzan terhadap keadaan sekitar kita, berhusnudzan terhadap Tuhan. Husnudzan adalah langkah paling utama sebelum melakukan apapun ketika kita mendapati sebuah kejadian maupun kabar dari manapun dan siapapun. Menjadi paling minimalnya kita dalam bersikap.

Karena berbaik sangka terhadap apapun menjadi salah satu tanda hati kita masih diberikan pancaran cahaya dari Tuhan. Dampak dari cahaya Tuhan atas kita inilah menjadi sebuah sikap yang kita namai sebagai husnudzan.

Sedangkan sifat yang bertolak belakang darinya yang menyebabkan kerusakan jiwa dan kotornya hati yaitu suudzan. Suudzan terhadap sesama manusia terlebih jika suudzan terhadap Tuhan. Hanya malapetaka yang akan menanti!  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun