Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Penulis

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Keberagaman Ramadan, Kecerdasan, dan Semarak

30 Mei 2019   22:59 Diperbarui: 30 Mei 2019   23:28 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keberagaman Ramadan, Kecerdasan, dan Semarak
acara buka puasa di halaman vihara (dokpri)

Bukan hanya teman sekolah/kuliah, rekan kerja atau tetangga, yang berbeda agama. Dalam sebuah rumah pun hal demikian tak jarang terjadi. Orangtua, anak-mantu, anak-anak, paman/bibi, kakek/nenek, serta orang lain yang ada dalam satu rumah (keluarga besar) dapat saja dalam keadaan saling beda agama.

Pilihan akan kepercayaan yang berbeda itu betapapun menumbuhkan persoalan. Tetapi bila sejak awal dapat dikelola dengan baik, maka persoalan seberat apapun dapat diinimalkan.

Ramadan menjadi salah satu ajang pemersatu. Untuk saling menenggang dan berempati, bahkan saling bantu untuk berbagai urusan rumah-tangga: memasak, mencuci hingga menseterika, merawat rumah, dan memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Berkah Ramadan

Berkah bulan suci Ramadan ternyata dirasakan oleh semua umat. Ramadan berarti  makanan yang lebih banyak, lebih baik. Termasuk sandang dan berbagai keperluan lain. Serta berbagai kebutuhan lain: transportasi, komunikasi, dan lainnya. Dalam persoalan ekonomi itu berbagai etnis di tanah air nonmuslim berperan besar untuk memenuhi kebutuhan muslim.

Bila harus dipilah-pilahan, bila kemudian muncul saling curiga dan kebencian, banyak kerugian yang bakal dialami bangsa ini.

Hal lain. Belum lama ini penulis membaca berbuatan baik yang menjadi viral. Seorang warga memesan makanan via ojek online, dan sudah dibayar lunas. Dan betapa terkejutnya si driver ojol setelah mengetahui bahwa makanan yang akan diantarakannya itu justru diberikan kepadanya.

Si driver ojol mengucapkan terima kasih, dan mendoakan agar si pemesan makanan puasanya diterima Allah. Ternyata si pemesan makanan umat agama lain.

Wujud Bertoleransi

Sempat terjadi polemik dan saling menyalahkan.membenarkan diantara umat Islam mengenai ucapan hari raya agama lain. Ada yang bersikeras, penguacapan itu sebagai bentuk mengakui kebenaran agama lain (selain agama sendiri), dan itu dianggap sebagai murtad (minimal berkuang keimnanannya, bahkan musrik karena menyekutukan Allah). Namun, ada yang tetap pada pendirian bahwa itu urusan amaliah keduniawian. Tidak ada kaitannya dengan akidah.

Dengan tetap saling mengucapkan selamat hari raya atau perinatan hari tertentu niscaya jalinan serta rajutan keindonesiaan niscaya makin kuat. Tidak gampang dipecah belah, dan disekat-sekat untuk tujuan politis maupun sosial-ekonomi tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun