Nikmat Sejati: Memaknai Bersyukur pada Tarawih Pertama
Saya bisa menjadi cemas karena proyek ini sebetulnya sudah dirancang dari Desember tahun lalu, setelah Saya menyelesaikan buku dari seorang pejabat di kementerian. Direktur penerbitan menginformasikan bahwa awal tahun kami akan menggarap buku dari Pemkab di Kalimantan Timur, karena rencana anggarannya sudah di-ACC oleh sekda. Artinya, proyek penulisan buku ini harus jalan secepatnya sesuai dengan prosedur penggunaan anggaran di Pemda.
Perkiraan kami proyek ini akan jalan mulai pekan kedua Januari dan akan berlangsung kurang lebih 2 bulan lamanya. Ternyata meleset, karena sudah sangat mepet dengan Pilpres dan Pemilu. Kabar yang kami terima kemudian ternyata benar, proyek ditunda setelah Pilpres dan Pemilu selesai. Perkiraan kami berikutnya sekitar akhir Februari atau awal Maret proyek akan jalan. Ternyata tidak ada progres. Akhirnya datanglah pesan WA yang mengabarkan proyek ini diundur setelah lebaran.
Dari kekecewan dan kecemasan yang datangnya berbarengan ini Saya berinisiatif untuk mencari proyek alternatif dengan menawarkan jasa di aplikasi-aplikasi freelance yang sudah Saya unduh. Hasilnya nihil. Proposal Saya tidak ada yang lolos. Untuk menyambung hidup hingga lebaran nanti, terpaksa harus pakai anggaran cadangan yang ditabung dari fee penulisan buku selama ini.
Dari cerita ini saya akan beralih ke cerita berikutnya dengan setting dan jalan cerita yang berbeda, yaitu kabar baik dari Kompasiana.
2. Target 50 Artikel Kompasiana Lolos
Kenapa target 50 artikel di Kompasiana saya anggap penting sebagai salah satu bagian dari jalan hidup menuju perjumpaan dengan Ramadan tahun ini? Karena bagian ini menjadi plot twist yang mengubah kekecewaan dan kecemasan menjadi perasaan optimis yang kuat.
Setelah memastikan bahwa awal Ramadan versi pemerintah jatuh pada 12 Maret 2024, Saya melanjutkan kembali penulisan artikel yang ke-50 untuk memenuhi target salah satu syarat program "K-REWARDS" Kompasiana. Awalnya berat sekali untuk membangkitkan semangat menulis, karena hati dan pikiran masih diganjal oleh berita "buruk" tertundanya proyek buku.
Apalagi mood untuk memikirkan tema tulisan pun ikut-ikutan buruk. Akhirnya yang Saya kerjakan adalah duduk terpaku di depan laptop sambil plototin aplikasi Kompasiana, sambil scroll malas-malasan saja. Tidak ada artikel yang menarik untuk dibaca. Hanya baca judul, terus dilewati begitu saja.
Sebelumnya, Saya berencana untuk menulis soal politik, dengan konteks munculnya nama Kaesang dan istrinya Eriana Gudono dalam bursa calon kepala daerah. Outline sudah jadi tinggal ditulis saja. Tapi karena mood sedang tidak baik-baik saja, tidak ada kalimat apa pun yang bisa saya tuliskan pada outline yang sudah jadi itu. Saya coba untuk berdamai dulu dengan perasaan dan pikiran Saya sambil memikirkan tema alternatif untuk artikel Saya yang ke-50.