Buras dan Gogos, Makanan Khas Lebaran Warisan Keluarga
Untuk membungkusnya, ketan ini dicetak terlebih dahulu dengan bilah bambu yang dibelah supaya bentuknya bundar dan lonjong seperti bambu. Panjangnya kira-kira 10-15 centimeter. Diameternya kurang lebih sama seperti diameter lemper.
Ketan yang sudah dicetak ini kemudian diletakkan di atas daun pisang yang sudah disesuaikan ukurannya. Ketan lalu digulung di dalam daun pisang sebagai pembungkus. Bungkus daun pisang pertama ini kemudian ditutupi lagi dengan daun pisang kedua yang berfungsi sebagai lapis luar.
Daun pisang lapis luar ini dibungkus sedemikian rupa sehingga bisa menutupi dengan sempurna ketan yang ada di dalam bungkus pertama. Supaya kuat, kedua sisi dari lapis luar ini akan ditahan dengan lidi yang sudah dipotong pendek-pendek.
Ketan yang sudah berada di dalam dua lapis daun pisang inilah yang disebut gogos. Kalau hanya dibungkus satu lapis daun pisang disebut lampar atau lemper. Setelah terbungkus dengan rapi, gogos sudah siap untuk dibakar.
Pembakarannya menggunakan arang batok kelapa supaya matangnya lebih merata hingga ke bagian paling dalam. Untuk menghasilkan aroma dan cita rasa yang khas, ketika dibakar seluruh bagian luar gogos akan dilumuri minyak kelapa yang sudah dicampur dengan bumbu khas untuk gogos ini.
Tandanya kalau gogos sudah matang bisa dilihat dari tekstur daun pisang yang agak gosong dan kaku, ditambah warnanya hijau kecoklatan. Setelah matang gogos akan dimasukkan ke dalam baskom, lalu diseleksi yang daunnya masih utuh dan paling wangi. Gogos-gogos inilah yang nanti disajikan sebagai menu makanan lebaran.
Tinggal Kenangan
Sejak merantau ke Jakarta dari tahun 1991, momen kebersamaan dan keakraban Lebaran ketika acara makan bersama keluarga sudah menjadi cerita masa lalu. Lebaran dari tahun ke tahun membuat kenangan tersebut semakin jauh meninggalkan saya. Kerinduan terhadap aroma gogos melalui asap pembakaran yang menyeruak ke dalam hidung benar-benar hilang dari hidup ini.
Sensasi mengupas lapisan demi lapisan daun pisang yang membungkus buras dan gogos hanya melintas di memori ketika mendengar cerita saudara tentang acara makan bersama yang masih terus berlanjut. Bahkan, cita rasa kuah pallumara yang menjadi kesukaan saya pun hanya menyisakan cerita nostalgia.