Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.
Menulis dengan Teknik Beda saat Ramadan
Menulis dengan Teknik Beda saat Ramadan
Menulis artikel dapat menjadi ladang berdakwah. Tulisan yang enak dibaca dan berisi "dakwah" kekinian akan sangat disukai banyak kalangan. Hal itulah yang saya impikan. Hal itulah yang saya dambakan. Masalah aktual yang sedang ramai diperbincangkan masyarakat perlu dikemas menjadi artikel yang "diselipi" dakwah yang cerdas.
Menulis artikel dengan gaya seperti isi khotbah Jumat tradisional tentu kurang diminati pembaca. Masyarakat sekarang sudah lebih kritis. Mereka tidak mau mendengarkan atau membaca hal-hal yang dogmatis, pengajaran secara langsung, atau dakwah yang kaku.
Belajar dari Artikel Lain
Untuk upgrade skill dalam Ramadan tahun ini, saya berusaha membaca sebanyak mungkin artikel para Kompasianer. Saya merasakan, artikel yang ditulis para Kompasianer bercentang biru memiliki teknik unik yang tidak ada duanya. Artinya, setiap Kompasianer tersebut memiliki gaya penulisan yang tidak sama dengan yang lain. Itulah hal yang saya tangkap dari sekian puluh artikel mereka.
Ada juga artikel dari Kompasianer TARUNA yang cukup bagus. Artikel yang ditulis baru sekitar sepuluh. Tiga di antaranya sudah mendapatkan predikat HEADLINE dan tujuh sisanya masuk kategori PILIHAN. Bobot artikelnya sangat bisa dibanggakan.
Teknik mengolah masalah dan memberikan solusi tidak semua Kompasianer piawai. Namun, ada beberapa yang cukup cerdas dalam mengambil isu terbaru untuk diolah kemudian diarahkan pada suatu hal sesuai topik. Teknik ini sangat menggelitik. Pembaca diajak untuk melangkah dan masuk dalam "perangkap" topik yang dimaui penulis.
Artikel Menyedot Pembaca
Sebuah artikel yang menarik pembaca pertama-tama dilihat dari judul artikel tersebut. Judul artikel yang menarik, unik, dan menimbulkan keingintahuan, pasti akan di-klik oleh pembaca. Soal nanti mereka mau membaca semua isi artikel atau hanya membaca paragraf pertama, itu urusan nanti.
Judul artikel memang harus menggelitik, menimbulkan rasa penasaran, dan membuat pembaca ingin segera meng-klik artikel tersebut.
Saya pun mencoba membuat judul artikel yang terkait info kekinian, yaitu masalah cuti jelang lebaran. Isu cuti atau libur bersama bagi ASN dan karyawan swasta sangat menarik. Siapa pun pegawai pasti ingin cuti. Apalagi menjelang lebaran.
Info waktu itu, ada perubahan awal cuti. Sebelumnya, cuti dan libur hari besar keagamaan dimulai 21-22 April 2023 dilanjutkan 23,24,25, hingga 26 April 2023. Ada info bahwa libur dimajukan dua hari, yaitu mulai 19-20 April. Waktu cuti maju dua hari. Namun, cuti berakhir pada 25 April 2023. Hal itu tentu membuat galau bagi pemudik yang sudah membeli tiket arus balik pada 26 April 2023. Ada selisih satu hari.
Aturan lama cuti berakhir 26 April sedangkan aturan baru (SKB tiga Menteri) cuti berakhir 25 April. Satu hari yang saya permasalahkan itu menjadi sebuah topik yang menjurus ke arah dakwah. Ada ayat Al Quran yang saya bahas secara "terselubung", yaitu Surah Al Ankabut ayat 2 dan Surah Al Baqarah ayat 286.
Artikel yang sudah tayang pada blog Kompasiana yang saya maksudkan di atas adalah Cuti Idulfitri Dimajukan, Inilah Cobaan!
Alhamdulilah artikel sederhana tersebut sudah dibaca 4.468 (empat ribu empat ratus enam puluh delapan) pada saat tulisan ini disusun.
Bacaan lebih lengkap:
1. Anda Beriman, Maka Bersiaplah untuk Diuji, Tafsir Surat Al-Ankabut Ayat 2
2. Kandungan Al Baqarah 286, Ayat dalam Alquran tentang Kemampuan Umat Muslim
Tetap Rutin Membaca Artikel Lain
Untuk meningkatkan kompetensi penulisan artikel bernuansa dakwah "tersembunyi", saya akan membaca artikel dari Kompasianer siapa saja. Pada saat ada kesempatan, saya lebih suka membaca artikel TERBARU. Dengan membaca artikel yang masih hangat, saya berharap sang penulis masih berada di depan gawai atau laptop. Saya pun berusaha memberikan rating dan KOMENTAR meskipun hanya dengan satu atau dua kata.
Sebagai ucapan terima kasih karena telah menayangkan artikel, saya tidak segan untuk memberikan NILAI mulai BERMANFAAT, MENARIK, AKTUAL, MENGHIBUR, INSPIRATIF, atau UNIK. Setelah komentar saya berikan, rata-rata ada balasan yang saya terima.
Untuk menjalin komunikasi antar-Kompasianer memang perlu saling memberikan KOMENTAR. Dengan adanya saling sapa, rasa kekeluargaan di blog Kompasiana akan semakin terjalin erat.
Semoga para Kompasianer yang belum rajin memberikan KOMENTAR akan semakin rajin menuliskan satu atau dua kata. Kalau bingung mau menulis KOMENTAR apa, tulis saja, "Saya sudah membaca artikel ini."
Penajam Paser Utara, 3 April 2023