susilo ahmadi
susilo ahmadi Wiraswasta

cuma orang biasa aja

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Mudik yang Membawa Suka Duka

2 Juni 2019   06:54 Diperbarui: 2 Juni 2019   07:11 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mudik yang Membawa Suka Duka
sumber: fashiontrenddigest.com

Saat itu saya datang malam-malam dan saya cukup kesulitan mencari rumahnya (karena memang sudah lama tak pernah datang ke situ). Rumahnya adalah satu-satunya yang tidak memiliki penerangan listrik di gang itu. Dari jauh hanya terlihat sosok bangunan hitam gelap. 

Saya hanya memanfaatkan lampu motor sebagai penerangan untuk bisa masuk ke dalam gerbang rusak di depan rumahnya. Perlahan-lahan saya arahkan senter di dalam ponsel untuk menerangi beranda rumahnya. Sebuah bangunan tua penuh dengan sarang laba-laba dan debu seperti sudah lama sekali tak ditinggali. 

Saya hanya berpikir apakah saya sudah salah masuk rumah? Akan tetapi jika melihat sekilas bentuk bangunannya saya yakin tak salah. Perlahan saya buka pintu gerbang lalu berjalan mendekat ke pintu. Di dalam rumah gelap sekali. Saya pun langsung mengetuk pintu berharap ada yang menyahut. 

Akhirnya saya coba panggil-panggil namanya keras-keras. Hampir 10 menit tak ada jawaban. Saya intip lewat kaca ke dalam dan dengan bantuan senter ponsel terlihat di dalam begitu gelap bak rumah hantu. Saya pun nekad membuka pintu rumah dan berharap tidak dianggap maling oleh tetangga yang mungkin sedang menyaksikannya.

Sampai di dalam ruang tamu saya baru tahu jika saya memang sedang berada di dalam rumah hantu! Semua perabot seperti lama sudah tidak disentuh manusia, penuh dengan debu tebal. Berbagai lukisan dan pernak-pernik di dinding seolah semakin menambah seram suasana di situ. 

Saya coba memotret dengan kamera hape walau saya tahu itu juga tak ada gunanya karena kondisi sudah demikian low lightnya (benar memang hasil fotonya kemudian tidak ada apapun yang bisa terlihat walaupun sudah saya edit berkali-kali). Mungkin kalau pakai kamera pro dengan lampu flash masih bisa didapatkan gambar yang bagus. Beberapa kamarnya sudah tidak memiliki pintu lagi. 

Di dalamnya ada kasur yang sudah terlipat. Jadi ingat game Slendrina, kurang lebih seperti itulah rumahnya. Berlama-lama di rumah horor begitu benar-benar tidak menyenangkan sehingga saya cepat-cepat melangkahkan kaki berjalan keluar rumah. 

Keesokan harinya saya mencoba mengumpulkan berbagai informasi mengenai keberadaan mbah S ini. Ada yang mengatakan jika beliau sudah lama dibawa jauh oleh salah satu putrinya. Inilah salah satu kisah mudik yang ada nuansa dukanya dulu.

Duka lainnya saat mudik adalah jika diberi pertanyaan yang sukar dijawab. Kalau masih jomblo dulu terornya sudah jelas, kapan nikah. Begitu udah bawa pasangan, kapan punya momongan. Begitu udah punya si kecil, masih adalagi yang tanya kapan bikin momongan lagi. 

Emang momongan itu kayak kue lebaran aja kali ya? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan serupa itu yang agak menyebalkan. Akan tetapi bagi saya pribadi tak perlu marah menanggapinya karena lebaran adalah hari yang baik yang sungguh tak layak bila diisi dengan sesuatu yang tak baik. 

Mending mulut ini dijejalin banyak kue saja supaya ada alasan untuk tidak cepat-cepat menjawabnya. Yang kurang menyenangkan lagi saat mudik adalah jika sudah jauh-jauh bersilaturahmi tetapi ternyata si tuan rumah kurang peduli atau ramah dengan tamu-tamunya. Kalau sudah begini biasanya saya lebih suka buru-buru kabur saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun