Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.
Jangan Gara-gara Medsos Batal Puasamu
Media sosial selalu menjadi topik yang ramai baik dari orang tua hingga anak-anak, terlebih para anak muda atau remaja. Sebuah informasi yang sedang menjadi topik bahasan disebut viral. Orang yang ketinggalan informasi yang viral sering dibully dengan istilah kudet (kurang update).
Ironisnya, informasi yang viral itu tidak selalu benar, kadang-kadang banyak yang merupakan informasi palsu, bohong dan tidak jelas asal-usulnya, istilahnya hoax.
Sebagai manusia yang sehat jasmani dan rohani, hendaknya harus mampu membedakan secara logis, apakah sebuah informasi bersifat hoax atau tidak. Saat menerima informasi, Anda wajib berpikir dulu, dan tidak asal ikut menyebarkan informasi begitu saja.
Apabila Anda menyiarkan informasi yang baik, Anda akan mendapat pujian dari orang-orang yang menerima informasi tersebut dan orang-orang akan lebih percaya pada Anda.
Sebaliknya, bila Anda terbukti menyebar hoax, maka kredibiltas Anda akan turun, orang-orang akan tidak percaya pada informasi kiriman Anda. Bahkan bisa-bisa harus berhadapan dengan hukum, bila Anda terbukti melanggar UU ITE.
Medsos dan Puasa
Pada bulan Ramadan, khususnya waktu menjelang berbuka puasa atau dikalangan warga Sunda sering dikenal dengan istilah ngabuburit, Anda sering bersinggungan dengan media sosial (medsos), entah itu FaceBook, Twitter, InstaGram atau WhatsApp.
Membaca informasi dari medsos, Anda dapat membaca saja, memberi komentar atau mengirimkan informasi kepada teman-teman Anda (forward). Anda juga bisa menuliskan informasi, entah berbentuk puisi, curhat, protes, cerita pengalaman, maupun memberi ulasan situasi politik.
Dalam kondisi tubuh yang sudah mulai menurun enerjinya, karena sudah lebih 12 jam tidak makan minum, sering kali Anda kurang berpikir panjang, kurang menganalisa sisi benar-salah serta kurang banyak pertimbangan. Akibatnya, Anda bisa bertindak konyol dan dapat berakibat buruk bagi diri Anda sendiri.
Contoh konkretnya, Anda menerima informasi hoax, karena sudah lelah, Anda jadi malas berpikir kritis, tanpa analisa sedikitpun Anda mengirimkan informasi hoax ke teman-teman Anda.