Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Purna tugas

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

"Sound of Borobudur", Upaya Menghidupkan Pusat Musik Dunia

11 Mei 2021   04:14 Diperbarui: 11 Mei 2021   04:12 1559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Sound of Borobudur", Upaya Menghidupkan Pusat Musik Dunia
Sound of Borobudur (sumber: kendalku.com)

Dari hasil penelitian,, ternyata dapat dibuktikan bahwa alat musik ini bukan alat musik asal Jawa Tengah saja seperti gamelan Jawa, namun diketemukan ada alat musik yang berasal dari Kalimantan, Thailand dan India.

 Alat musik khas Dayak yang harus dipetik seperti dawai sapek dan alat musik tiup keledi memang banyak digunakan di Kalimantan. Dengan demikian, diduga kawasan Borobudur dulu pernah menjadi pusat musik dunia.

Empat golongan alat musik

 Secara garis besar alat musik yang terdapat pada relief candi dapat digolongkan atas empat golongan yakni:

1.  Membraphone atau membran, yakni gendang dan kentongan
2. AIdiophone, atau pukul yakni kentingan dan kerincingan

3.  Chardophone atau petik yakni gambus dan rebab
4. Aerophone atau tiup, yakni seruling dan terompet

Setelah alat-alat musik kuno ini berhasil direplikasi, ketiga pemusik nasional ini memberanikan menggelar.konser orkestra musik bertajuk 'Sound of Borobudur' dengan didukung para musisi nasional dan lokal yang berkumpul untuk menghadirkan kembali suara alat musik tempo dulu. Pertunjukan musik ini digelar di Omah Mbudur pada April 2021 dengan menampilkan alunan musik yang mula-mula terdengar aneh karena berasal dari peralatan musik yang aneh dan jarang ditemukan..

Konser musik "Sound of Borobudur" tidak akan berhenti sebagai pertunjukan seni saja, namun seiring dengan pembangunan kawasan Borobudur tidak hanya sekedar pembangunan fisik saja, namun akan dikembangkan hingga diperoleh nilai-nilai historis seperti yang terdapat pada relief candi. Tidak hanya seni, tetapi arsitektur, lingkungan, habitat, sosial dan lainnya dapat dikembangkan sehingga akan menjadi daya tarik kawasan Borobudur. Jadi, orang berwisata ke Borobudur tidak sekedar melihat candi tua yang dingin, melainkan akan betah berwisata karena akan mendapatkan 'jiwa' atau 'spirit' dan banyak aspek lain yang bernilai.

Paling tidak melalui 'Sounf of Borobudur', kita sudah mampu menghidupkan batu dingin ini hingga menjadikan batu loncatan, agar Borobudur menjadi Borobudur pusat musik dunia kembali.

Referensi:

1. Alat Musik Kuno pada Sound of Borobudur,  borobudurpark.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun