Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Dosen

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Puasa Menyadarkan Nikmat yang Sering Terlupakan

11 Maret 2024   10:10 Diperbarui: 11 Maret 2024   10:22 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa Menyadarkan Nikmat yang Sering Terlupakan
Ilustrasi meraih kebahagiaan melalui praktik syukur. (Freepik.com)

Membuka Pintu Kebahagiaan Melalui Rasa Syukur

Dalam perjalanan spiritual yang dijalani selama bulan puasa, kita diajak untuk merefleksikan dan mengevaluasi kembali apa arti kebahagiaan yang sesungguhnya. 

Salah satu kunci utama yang diajarkan Islam dalam mencapai kebahagiaan ini adalah melalui praktik syukur. 

Ini sesuai dengan ayat 7 dari surat Ibrahim yang berbunyi: "(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.'" memberikan wawasan mendalam tentang hubungan antara rasa syukur dan peningkatan nikmat dalam hidup kita.

Puasa dalam hal ini menjadi sarana penguatan yang mengajarkan kita tidak hanya mengendalikan hawa nafsu, namun juga mengembangkan kesadaran spiritual yang mendalam. 

Melalui pengalaman menahan diri dari makan, minum dan nafsu lainnya, kita diajak untuk introspeksi dan mengapresiasi nikmat yang sering kita anggap remeh dalam kehidupan sehari-hari.

Menyadari nikmat-nikmat ini dan bersyukur atas nikmat-nikmat tersebut tidak hanya akan mendatangkan ketenangan batin, namun juga, sebagaimana dijamin dalam ayat tersebut, akan memberikan akses untuk menerima nikmat-nikmat yang lebih besar lagi dari Allah SWT. 

Oleh karena itu, puasa mendidik kita bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan pada kemewahan materi atau pencapaian duniawi, melainkan pada hati yang mensyukuri dan jiwa yang merasakan kepuasan terhadap apa yang telah Tuhan anugerahkan. 

Ini adalah pelajaran tentang bagaimana kebahagiaan abadi dapat dicapai melalui pengakuan dan apresiasi atas segala nikmat, baik besar maupun kecil.

Menyadari dan Mensyukuri Nikmat yang Tersembunyi

Dalam kesederhanaan dan keterbatasan yang ditimbulkan oleh puasa, terdapat hikmah mendalam tentang kebahagiaan dan rasa syukur. 

Kenikmatan sejati seringkali tersembunyi di balik rutinitas sehari-hari yang tidak kita sadari karena kesibukan dan keinginan duniawi. 

Puasa menawarkan kesempatan untuk memperlambat, merenung, dan menyadari nikmat-nikmat kecil yang dianugerahkan Tuhan kepada kita setiap hari.

Alquran memerintahkan individu untuk merenungkan nikmat Allah yang melimpah dan mengungkapkan rasa syukur atas nikmat tersebut. 

Allah berfirman, "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS Ar-Rahman : 13). 

Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap nikmat yang diberikan kepada kita, terlepas dari besar atau kecilnya, adalah anugerah Ilahi yang tidak boleh dipandang dengan sikap remeh.

Dari hadis Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, "Barang siapa yang tidak bersyukur atas nikmat kecil, dia tidak akan bersyukur atas nikmat yang besar." (HR Ahmad). 

Ini menekankan pentingnya mengakui dan mensyukuri segala nikmat, termasuk nikmat yang sering terlupakan dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui puasa, kita diajak untuk introspeksi diri dan merenungkan bagaimana kita menyikapi nikmat Tuhan. 

Puasa membantu kita mengembangkan rasa syukur yang lebih dalam dan autentik, yang pada gilirannya membuka pintu menuju kebahagiaan yang lebih abadi. 

Kebahagiaan yang dialami bukan berasal dari kesuksesan materi atau pengakuan masyarakat, melainkan dari kepuasan batin yang dicapai melalui hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan dan rasa syukur yang mendalam atas segala nikmat yang dianugerahkan kepada kita.

Lebih dari itu, puasa mengajarkan kita untuk berempati dan berbagi kepada mereka yang kurang beruntung, mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati sering kali didapat dari memberi, bukan menerima. 

Kita diajak untuk tidak hanya mensyukuri nikmat pribadi, namun juga berkontribusi untuk kesejahteraan orang lain.

Pengalaman berpuasa mencakup wawasan mendalam tentang kekuatan transformatif dalam menumbuhkan rasa syukur untuk mengubah perspektif kita terhadap dunia dan meningkatkan kualitas keberadaan kita secara keseluruhan. 

Puasa dan kebahagiaan, dengan demikian, menjadi dua sisi dari mata uang yang sama: sebuah perjalanan spiritual untuk mengenali dan menghargai nikmat yang sering terlupakan, membuka jalan menuju kebahagiaan yang lebih dalam dan berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun