Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Dosen

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ramadan dan Keberlanjutan

13 Maret 2024   06:30 Diperbarui: 13 Maret 2024   06:30 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan dan Keberlanjutan
Ilustrasi ramadan dan keberlanjutan. (Freepik/brgfx)

Menggali Potensi Ramah Lingkungan

Ramadan, bulan suci bagi umat Islam, tidak hanya merupakan waktu untuk berpuasa, berdoa, dan introspeksi, tetapi juga kesempatan emas untuk merefleksikan praktik keberlanjutan dan kepedulian terhadap lingkungan. 

Dalam konteks ini, nilai-nilai keberlanjutan dapat ditanamkan melalui berbagai praktik ramah lingkungan yang sejalan dengan ajaran Islam.

Alquran menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dan harmoni dalam ciptaan Allah SWT. 

Ayat yang relevan dengan hal ini adalah surah Ar-Rahman ayat 7-9, yang menyatakan, "Langit telah Dia tinggikan dan Dia telah menciptakan timbangan (keadilan dan keseimbangan). Agar kamu tidak melampaui batas dalam timbangan itu. Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi timbangan itu." 

Ayat ini menggambarkan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan menghindari pemborosan, sebuah prinsip yang sangat relevan dengan praktik keberlanjutan. 

Dari sisi hadis, Nabi Muhammad SAW telah memberikan contoh konkret tentang pentingnya menjaga lingkungan. 

Salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah menyatakan, "Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam menggunakan air, walaupun kalian berada di tepi sungai yang mengalir." 

Hadis ini mengajarkan umat Islam untuk selalu bertanggung jawab dalam menggunakan sumber daya alam, termasuk air, yang sangat berharga selama bulan Ramadan.

Selama Ramadan, praktik seperti mengurangi konsumsi, meminimalkan pemborosan makanan, menggunakan energi secara efisien, dan mengutamakan produk yang berkelanjutan dapat diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari. 

Misalnya, berbuka puasa dan sahur dengan makanan yang sederhana dan memadai, bukan berlebihan, dapat mengurangi jumlah sampah makanan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun