Syahrial
Syahrial Guru

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ramadhan Penuh Berkah, Bebas dari Jerat Riba

14 Maret 2024   12:00 Diperbarui: 14 Maret 2024   12:17 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadhan Penuh Berkah, Bebas dari Jerat Riba
Dokumen jabarekspres.com

"Menghindari riba dan bersabar ketika menghadapi kesulitan ekonomi, itulah jalan untuk meraih keridhaan Ilahi."

Di tengah naiknya harga-harga bahan pokok di bulan Ramadhan, banyak dari kita mungkin merasa tersudut secara finansial. Kebutuhan meningkat tapi penghasilan tetap. Tak jarang, ada pihak-pihak tertentu yang mencoba merayu untuk mengambil jalan pintas melalui pinjaman daring dengan bunga tinggi atau biasa disebut riba. Namun, perlu diingat bahwa Allah dengan tegas melaknat praktik riba dalam Al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad. Sebagai seorang Muslim, kita harus berhati-hati dan menjaga iman agar tidak terjerumus ke dalam dosa besar ini.

Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah [2] ayat 275: 

"Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba."

Dalam ayat ini, Allah membuat perbandingan yang cukup mengerikan antara orang yang memakan riba dengan orang kerasukan setan. Hal ini menunjukkan betapa buruk dan berdosanya perbuatan riba di mata Allah. Riba secara bahasa artinya "tambahan", sedangkan maknanya adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Ini sangat berbeda dengan jual beli yang didasarkan atas asas kerelaan dan keadilan antara penjual dan pembeli.  

Nabi Muhammad juga menegaskan keharaman riba dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah radhiyallahu'anhu:

"Allah melaknat pemakan riba, pemberinya, pencatatnya, dan kedua saksinya. Mereka semua sama (dosanya)." (HR Muslim, at-Tirmidzi, Musnad Ahmad)

Laknat atau kutukan dari Allah merupakan hukuman yang sangat berat. Ini membuktikan bahwa riba adalah dosa besar yang harus dihindari oleh setiap Muslim. Dalam riwayat lain, Nabi bahkan menyamakan riba dengan berzina tujuh puluh kali. Tentu kita tidak ingin dilaknat oleh Allah dan mendapatkan siksaan di akhirat kelak hanya demi mendapatkan keuntungan finansial sesaat.

Jika kita mengkaji sejarah, praktik riba sebenarnya telah ada sejak zaman jahiliah sebelum Islam datang. Pada zaman itu, masyarakat Arab melakukan riba dengan cara menggandakan hutang seseorang jika tidak mampu membayar pada waktu yang ditentukan. Akibatnya, sang penghutang akan semakin terjerat dalam lilitan hutang yang terus bertambah. Praktik ini tentu saja sangat merugikan dan tidak adil bagi pihak penghutang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun