Syahrial
Syahrial Guru

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Merawat Kemajemukan dengan Toleransi

31 Maret 2024   00:01 Diperbarui: 31 Maret 2024   03:38 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merawat Kemajemukan dengan Toleransi
Dokumen Human Initiative

"Dalam perbedaan tersemai kekuatan, dalam keragaman terkandung kebijaksanaan. Maka rangkullah toleransi untuk merajut persatuan bangsa."

Di tengah era globalisasi yang semakin mendukung pluralisme, toleransi menjadi semakin penting untuk dijunjung tinggi. Dalam kemajemukan Indonesia yang kaya akan perbedaan suku, agama, ras, dan golongan, toleransi merupakan soko guru untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. 

Secara sederhana, toleransi dimaknai sebagai sikap saling menghargai dan membiarkan perbedaan yang ada. Namun, esensi toleransi sebenarnya jauh lebih dalam dan bernilai luhur dalam membangun kehidupan yang harmonis.

Bila kita kaji secara historis, toleransi berasal dari bahasa Latin "tolerare" yang bermakna menahan diri, bersikap sabar, dan berhati lapang terhadap pandangan yang berbeda. Sejatinya, toleransi mengajarkan kita untuk tidak sekedar menerima perbedaan, tetapi lebih jauh lagi saling memahami dan menghormati keberagaman tersebut. 

Inilah inti dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk.

Dalam konteks keberagamaan, toleransi menjadi penting untuk mencegah gesekan dan konflik horizontal yang dapat memicu disintegrasi bangsa. Jika toleransi tidak ditegakkan, gesekan antar umat beragama berpotensi memicu perpecahan yang dapat mengancam keutuhan NKRI. 

Contoh sederhana dari sikap toleran adalah ketika kita menghormati orang lain yang sedang beribadah dengan tidak mengganggu jalannya ibadah tersebut. Dengan sikap toleran, kita mengizinkan setiap pemeluk agama untuk menjalankan ibadah sesuai keyakinannya masing-masing tanpa intervensi dan merasa terancam. 

Sebagai konsekuensinya, kita juga harus menghormati praktik ibadah agama lain meskipun berbeda dengan keyakinan kita sendiri.

Lebih dari sekadar memelihara kerukunan antar umat beragama, toleransi juga mempererat tali persaudaraan kemanusiaan secara universal. Indonesia terdiri dari berbagai suku, seperti Jawa, Sunda, Batak, Bugis, Bali dan lainnya yang tersebar di berbagai wilayah. 

Masing-masing suku memiliki adat istiadat dan budaya yang khas. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mempraktikkan sikap toleran dengan tidak memandang rendah atau mendiskriminasi orang lain hanya karena perbedaan suku, ras, atau golongan. 

Misalnya, kita memperlakukan tetangga yang berbeda suku dengan baik, tidak memandang sebelah mata, dan tetap menjalin silaturahmi yang akrab. 

Dalam lingkungan yang lebih kecil seperti lingkungan kerja atau sekolah, toleransi juga sangat diperlukan untuk menciptakan suasana kondusif dan produktif. Di lingkungan kerja, kita seringkali berinteraksi dengan rekan yang memiliki latar belakang budaya, cara berpikir, bahkan ideologi yang berbeda. 

Contohnya, ketika ada rekan kerja yang memiliki cara berpikir berbeda, kita harus menerima perbedaan tersebut dan tidak memaksakan kehendak kita. Dengan saling menghargai perbedaan pandangan, kita dapat bekerjasama dengan lebih baik, saling melengkapi kekurangan, dan memunculkan ide-ide baru yang lebih segar dan inovatif. 

Begitu pula di lingkungan sekolah, para siswa berasal dari latar belakang keluarga dan daerah yang berbeda-beda. Sikap toleran akan menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menghindari perpecahan antar siswa.  

Meskipun demikian, toleransi bukanlah sekedar membenarkan segala sesuatu dan kehilangan pendirian. Sampai batas-batas tertentu, kita tetap harus teguh pada prinsip dan tidak mentolerir hal-hal yang dapat merusak fabric kebangsaan kita. 

Contohnya, ketika ada pihak yang menyebarkan ujaran kebencian, hasutan kekerasan, atau menghina lambang negara, kita harus tegas menolak dan melaporkannya ke pihak berwenang. 

Sikap toleran bukan berarti membiarkan segala bentuk penyimpangan terjadi. Kita harus menjaga toleransi dalam batasan-batasan yang tidak melanggar hukum dan etika.

Selain itu, toleransi juga bukan berarti mengikuti atau menyetujui segala hal yang bertentangan dengan prinsip kita. Dalam bertolenrasi, kita menghargai perbedaan tapi tidak harus mengadopsinya bila bertentangan dengan keyakinan kita. 

Misalnya, menghormati hak setiap agama untuk merayakan hari besar keagamaan masing-masing namun kita tidak harus mengikuti perayaan tersebut. Yang terpenting adalah saling menghargai dalam perbedaan tanpa perlu memaksa kehendak masing-masing.

Pada akhirnya, hidup dalam keberagaman akan selalu menjadi dinamika tersendiri bagi bangsa Indonesia. Untuk itu, sudah semestinya kita terus mengasah kepekaan dalam menyikapi perbedaan, serta senantiasa menjunjung tinggi sikap toleran dengan kesadaran bahwa persatuan dan kesatuan adalah harga mati bangsa ini. 

Toleransi bukan hanya sekedar slogan, tetapi harus benar-benar dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari agar keberagaman bukan lagi menjadi pemicu konflik, tetapi justru menjadi kekayaan dan kekuatan bangsa. Semoga generasi penerus bangsa dapat menghayati esensi toleransi tidak hanya sebagai simbol, tetapi sebagai perekat kebhinnekaan untuk kemajuan Indonesia yang kita cintai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

15 March 2024

MYSTERY CHALANGE

Mystery Challenge | Video Youtube to KGNow Semarak Pasar Takjil
ramadan bercerita 2024  ramadan bercerita 2024 hari 5 
16 March 2024
Lokasi Ngabuburit Favorit
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 6
17 March 2024
Menu Sahur Tinggi Serat
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 7

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun