Seorang pegawai perusahaan swasta yang suka menulis seputar pendidikan keuangan, data analis, dan pengembangan diri. Jauhi hidup hedon dan boros sebab itu mendekati kemiskinan!
Bulan Ampunan Serta Belajar Mengendalikan Pengeluaran
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan bulan yang dengan kebahagiaan. Satu diantara momen yang tak pernah lepas dari ingatan kita ketika bulan ramadhan adalah suasana ngabuburit, bangun pagi untuk sahur dan buka bersama.
Bagi sebagian teman saya, ramadhan menjadi batu loncatan untuk membuat usahanya makin berkembang. Khususnya bagi mereka yang bergerak di bidang makanan. Tidak jarang yang mampu buka cabang setelah karena dapat omset cukup besar ketika jualan di bulan ramadhan.
Lebih luas lagi fenomena di bulan ramadhan juga banyak warna-warni gerakan seperti kepentingan politik, sosial keagamaan dan keilmuan. Contohnya ada yang memanfaatkan untuk membangun awarness brand, mencuri perhatian publik dengan dalih intoleransi, dan mengatasnamakan kelemahan sebagai alasan tidak menjalankan puasa terlebih ramadhan tahun ini mendekati tahun politik. Semuanya tampak di ramadhan ini.
Tidak lupa dari perhatian kita disaat ramadhan adalah liburan atau cuti yang cukup panjang untuk pulang kampung. Ramadhan juga menjadi ladang ibadah yang sangat baik. Tanpa disadari semangat beribadah bulan Ramadhan sekian persen meningkatkan dibandingkan bulan biasanya.
Mungkin karena naluriah kita sebagai manusia yang mengalami bulan Ramdhan hanya satu kali saja dalam setahun. Selain itu juga ada ladang untuk beramal Sholeh dengan berlatih berbisnis. Mulai jual takjil, kolak dan pakaian.
Bulan Ramadhan penuh berkah bagi siapa saja yang mau untuk berperan bisa berbuat sesuatu yang bisa dikaryakan dan dimonetis. Jangankan makanan, penjual fashion juga tidak mau kalah.
Berlomba untuk menarik pelanggan dengan beragam diskon menarik. Secara psikologis kita juga sebagai target konsumen merasa ingin membelanjakan sebanyak mungkin. Ingin memberikan reward kepada diri sendiri yang sudah berpuasa seharian penuh bahkan sebulan mendatang. Membelanjakan diri dengan keputusan keuangan ditentukan di meja makan.
Ada riset yang mengatakan bahwa masyarakat Indonesia pengeluaran belanja naik 25-50 persen pada bulan ramadhan (katadata.co.id). Selain ada pengeluaran yang diwajibkan secara keagamaan seperti sedekah, infak, dan zakat biaya konsumsi menjadi yang paling besar. Berbuka puasa di luar, sahur dengan lebih bergizi, dan membeli kebutuhan lainnya. Kemampuan untuk merencanakan anggaran konsumsi begitu penting agar pengeluaran tidak membengkak begitu tinggi.
Perasaan yang demikian akan mempengaruhi pola kehidupan keseharian dalam mengelola keuangan belanja sehari-hari. Akan berdampak pada gaya hidup yang secara keuangan tidak dianjurkan bermewah sedangkan diluar kemampuan.