Ramadan Momentum Perbaikan dan Peningkatan Kualitas Diri
"Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosanya di masa lalu. Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari )
Bahkan sebagai bulan ampunan berbagai amaliyah ramadan merupakan sebab ampunan serta penghapus kesalahan dan dosa. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; "Salat lima waktu, Ibadah Jum'at yang satu dengan ibadah jum'at berikutnya. Puasa Ramadan yang satu dengan puasa Ramadan berikutnya. Itu semua merupakan penghapus dosa antara keduanya, selama dosa-dosa besar dijauhi." (HR. Muslim).
Oleh karena itu rugi rasanya jika diberi kesempatan dan momen bertemu Ramadan namun tidak mendapatkan ampunan sama sekali. Jangan sampai kita termasuk ke dalam golongan manusia celaka yang kecelakaannya didoakan oleh Malaikat Jibril dan diaminkan oleh Nabi Muhammad.
Nabi menyampaikan, Malaikat Jibril mendatangiku seraya berkata, "Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadan namun tidak diampuni dosanya sehingga masuk neraka maka semoga Allah menjauhkannya, ucapkan amin (wahai Muhammad), 'maka aku katakan amin". (terj. HR Ibnu Hibban)
Tingkatkan Kualitas Diri
Ramadan juga menjadi momentum peningkatakan kualitas diri, baik secara spritual, emosional, maupus sosial. Peningkatan kualitas spirtual merupakan bagian yang terintergrasi dengan perbaikan diri. Karena orang yang berusaha membaik dengan berjuang meraih maghfirah di bulan ini secara otomatis akan meningkat dan bertumbuh secara spritual. Ketika seseorang mendapat ampunan maka jiwa dan hati yang sebelumnya kotor oleh dosa-dosa menjadi bersih. Dan kebersihan hati merupakan indikator pertama kualitas spritual yang baik.
Selain itu berbagai ibadah yang dilakukan dengan ikhlas dan sungguh akan meningkatkan kualitas spritual. Seperti ibadah puasa, yang jika dilaksanakan sepenuh jiwa meningkatkan level spritual pelakunya. Karena saat berpuasa dari makan, minum, dan syahwat biologis secara tulus karena Allah seseorang merasa diawalsioleh Allah. Ia merasa bahwa Allah selalu hadir di setiap saat bahkan dalam setiap tarikan nafas. Yang pada akhirnya melahirkan kesadaran bahwa tidak ada satupun sikap dan tutur kata yang luput dari pantauan dan pengawasan Allah. Ini merupakan buah dari puasa tulus karena Allah yang pelakunya mendapatkan pujian dari Allah, sebagaiman dalam hadis qudsi;
Kendalikan Diri Kelola Emosi Jiwa
Melalui puasa kita berlatih mengendalikan diri dan mengelola emosi jiwa. Makna ini ditarik dari hakikat puasa yang oleh Nabi disebut sebagai perisai yang melindungi. ''As Siyam junnah". Puasa itu perisai yang melindungi. "Oleh karena itu jika salah seorang diantara kalian sedang berpuasa, janganlah dia bertindak tidak senonoh, berbuat jahat dan bertindak jahil, jika ada yang mencaci makinya atau mengajaknya berkelahi hendaklah ia mengatakan, "saya sedang berpuasa". (HR. Bukhari dan Muslim).
Kalimat "saya sedang berpuasa" yang terucap saat menghadapi cacian, makian, dan desakan untuk konfrontasi fisik menunjukan bahwa puasa juga berfungsi sebagai alat kendali diri. Saat berpuasa seseorang dituntut berusaha menontrol dan mengendalikan emosinya. Sehingga tidak latah, tidak bertindak jahil dan bodoh. Serta tidak mudah tersulut amarah saat berada dalam situasi yang memancing amarah.
Tumbuhkan Kepekaan dan Soliditas Sosial
Di sisi lain Ramadan juga merupakan momentum meningkatkan kualitas diri secara sosial. Puasa Ramadan yang dihayati dapat menumbuhkan soliditas sosial. Karena berpuasa sesungguhnya sedang merasakan apa yang dialami setiap hari oleh orang-orang papa. Hal ini diharapkan menumbuhkan rasa empati dan solidaritas serta soliditas sosial.