Hadis Puasa dan Ramadan #14# Jangan Rafats saat Puasa
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shalllahu 'alaihi wa sallam bersabda;
"Puasa itu perisai yang melindungi, (oleh karena itu orang yang sedang berpuasa) hendaknya tidak berkata-kata keji dan kotor serta tidak bertindak jahil". (terj. HR. Bukari dan Muslim).
Hakikat puasa adalah menahan dan mengendalikan diri. Karena secara bahasa siyam (puasa) bermakna imsak (menahan). Yakni menahan diri dari makan dan minum serta hubungan suami istri sejak terbit fajar sampai terbenam mata hari.
Meskipun demikian, puasa yang sempurna bukan sebatas menahan diri dari makan dan minum atau pembatal pusa. Tapi puasa juga menaham diri dari perilaku yang merusak kualitas puasa dan atau menggugurkan pahala puasa. Sebab ada orang yang berpuasa, tapi yang dia peroleh dari puasanya hanya lapar dan dahaga. Karena saat puasa dia hanya menahan diri dari makan dan minum. Tapi tidak menahan diri dari perilaku yang merusak pahala puasa.
Puasa itu perisai yang melindungi, kalau lagi puasa jangan rafats
Dalam hadis di atas dinyatakan secara tersiraf bahwa diantara yang merusak puasa adalah rafats. Apa itu rafats?
Secara etimologis kata rafats memiliki makna konotasi dan denotasi. Secara konotatif kata rafats berarti hubungan intim suami istri. Sebagaimana disebutkan dalam ayat puasa yang menyatakan bahwa, ''Uilla lakum lailata-iymir-rafau il nis`ikum; Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu"; (Qs. Al-Baqarah ayat 187). Dalam ayat ini kata rafats diterejamahkan dengan hubungan suami istri.
Secara denotasi kata rafats bermakna ucapan keji dan kotor atau kata-kata vulgar yang mengarah kepada maksud persetubuhan.
Makna inilah yang dimaksud dalam larangan pada hadis di atas, "as-siyam junnah fala yarfuts, puasa itu perisai yang melindungi, oleh karena itu jangan mengucapkan dan atau melakukan rafats (saat puasa) . . . .".
Walau cakupan makna rafats yang disebutkan dalam kamus bahasa Arab adalah ucapan, namun secara substansi mencakup segala sesuatu yang mengandung unsur cabul, porno, seksualitas dan semacamnya. Sehingga perilaku rafats yang harus dihindari oleh orang yang berpuasa tidak hanya berupa ucapan lisan verbal. Tapi termasuk tulisan, gambar, video, audio, meme, emoji, dan sebagainya.
Di zaman android seperti saat ini kita bisa terhindar dari rafats berupa ucapan lisan secara langsung. Tapi belum tentu selamat dari rafats digitak dan online. Boleh jadi tanpa sadar kita terjatuh ke dalam rafats karena melihat konten yang mengandung unsur rafats seperti video, poster, bacaan pada novel digital, dan sebagainya.
Bisa saja terjatuh ke dalam rafats tanpa berkata-kata sama sekali. Sekadar like and sahare pun bisa menjadikan seseorang terjatuh ke dalam rafats jika yang di-like dan share adalah konten yang mengandung unsur rafts. Begitu pula dengan bacaan seperti novel-novel yang mengandung (maaf) adegan dewasa di aplikasi itu. Jangan sampai secara tidak sadar puasa rusak gara-gara bacaan dan atau tontonan.
Mari jaga dan kendalikan diri. Karena hakikat puasa adalah pengendalian diri. Jika muncul notifikasi dari apliaksi yang di dalamnya ada unsur rafats, segera katakan pada diri sendiri, ''innis saim". Karena "puasa itu itu bukanlah sebatas menahan diri dari makan dan minum, tetapi sesungguhnya puasa itu perisai yang melindung dari laghw (perkara sia-sia /tak berguna dan rafats) . . . (terj. HR. Bukhari Muslim).
Sekali lagi,
Mari jaga diri kita dan jaga puasa kita agar tak sia-sia. []