Jelajah Kuliner Nusantara ala Pemakan Segala, dari Kaparende sampai Coto Makassar hingga Mie Kocok Bandung
Kuliner nusantara favorit saya apa ya? Belum belum menjajal semua menu kuliner nusantara tapi rasanya uenak semua. Walau belum menjelajahi semua daerah di nusantara, tapi saya yakin masing-masing daerah punya menu kuliner khas yang semuanya nikmat.
Jelajah Kuliner Nusantara bagi saya merupakan topik yang menarik. Bukan karena fasih ngomong dan piawai nulis soal kuliner dan resep masak. Tapi karena memang suka makan. Suka makan yang saya maksud bukan dikit-dikit makan J karena aslinya saya kalau makan memang porsi minimalis kecuali menu favorit, kadang agak banyak dikit.
Jelajah kuliner nusantara menjadi menarik bagi saya karena saya ditakdirkan pernah mengunjungi beberapa kota di tanah air. Walau belum semua ibu kota provinsi dikunjungi, tapi setidaknya beberapa kota di lima pulau besar pernah saya kunjungi. Dan kalau berkunjung di suatu kota pasti menikmati kuliner khas daerah atau kota tersebut.
Saya terlahir dan tumbuh di bagian tenggara pulau Sulawesi, merantau ke selatan dan mukim di kota Makasaar sekira 13 tahun. Kini sudah 12 tahun di kota hujan. Sejak dari kampung halaman sampai tanah rantau masing-masing memiliki kuliner khas yang jadi favorit.
Kuliner Kampung Halaman
Menu kuliner kampung halaman di Muna Sulawesi Tenggara yang favorit bagi saya adalah ikan bakar dan ikan masak kuah serta olahan hasil laut lainnya. Untuk olahan ayam yang paling favorit adalah ayam kaparende.
Kuliner favorit pertama yang selalu mengundang selera adalah ikan dengan berbagai varian olahannya. Mulai dari ikan pindang, ikan bakar, pepes ikan, sampai ikan masak berkuah. Bagi mereka yang berasal dari dan atau tinggal daerah kepulauan ikan menjadi menu lauk utama. Bahkan kadang lauk pauk sangat identik dengan ikan. Sampai ada seloroh, kalau bukan ikan bukan lauk.
Secara umum menu masakan khas Muna dan Sulawesi Tenggara secara umum terbilang sederhana. Bahkan sangat sederhana. Ikan bakar misalnya, untuk menu rumahan ikan bakar hanya disertai sambal tomat plus cabe rawit dan jeruk nipis tanpa digoreng. Demikian pula dengan olahan ikan berkuah. Hanya dimasak dengam bumbu seadanya; garam, sedikit penyedap rasa, dan daun kedondong hutan. Sangat simple tapi rasanya sangat nikmat.
Sama halnya dengan olahan ayam masak berkuah. Di Muna ada dua menu olahan ayam tradisional. Yaitu ayam kaparende dan ayam masak kaowei. Ayam kaowei sedikit lebih elit untuk ukuran masakan khas tradisional. Walau disebut agak elit tapi sebenarnya bumbunya juga cukup sederhana. Hanya minyak kelapa parut yang disangrai. Konon dulu menu ayam kaowei termasuk masakan ''enak". Sedangkan ayam kaparende memang merupakan menu masakan rumahan yang sederhana.
Kuliner di Tanah Rantau
Semenjak meninggalkan kampung halaman tahun 1998 , setidaknya 4 kota yang telah didiami sebagai daerah perantaun, yaitu Makassar dan sekitarnya, Bogor, Jakarta, dan Depok. Tapi pada tulisan ini saya klasifikasikan menjadi dua saja, Makassar dan Jabodetabek.
Makassar yang merupakan "kota pelajar"nya Sulawesi dan kota urban terbesar di Sulawesi memiliki aneka kuliner khas seperti daerah dan kota lainnya di nusantara. Secara umum kuliner khas Makassar didominasi oleh olahan ikan yang menggiurkan, mulai dari ikan bakar colo-colo, sop kepala ikan (ulu juku), pallumara, dan sebagainya. Sedangkan untuk olahan daging sapi Makassar terkenal dengan coto Makassar dan sop Konro. Konro ada dua varian, konro biasa atau konro kuah dan konro bakar. Ada pula olahan daging yang mirip coto yakni pallubasa. Coto lazim disantap dengan ketupat sedangkan pallubasa dinikmati dengan nasi.
Menu kuliner Makassar lainnya yang juga jadi favorit saya adalah Songkolo Bagadang. Songkolo diolah dari beras ketan hitam dan serundeng serta bahan lainnya. Biasa disantap bersama lauk ikan teri kering goreng. Diimbuhi kata begadang karena umumnya disajikan dan atau disantap pada malam hari. Setiap ke Makassar, jika mendarat malam hari keluar bandara mencari warung songkolo bagadang terknikmat di kota Makssar yang ada di Pannara Antang. Jika mendaparat pagi/siang hari biasa menuju warung coto .
Saat berpindah domisili di Jakarta, Bogor, Depok (dulu selau berpindah-pindah (mutar) di tiga kota ini) daftar menu kuliner favorit bertambah. Lidah berkenalan dengan masakan khas Betawi seperti nasi uduk. Kemudian akrab dengan masakan khas Sunda yang disertai lalapan (dedaunan) yang tidak lazim bagi orang kampung saya. Lalu lidah juga mengenal Sop Iga, Sate Madura, Sate Padang, Mie Kocok Bandung, Nasi Padang, Nasi Kapau, Ketupat Sayur, Soto mie bogor, Sto banjar, dan sebagainya. Semuanya dinikmati dan sepertinya favorit. Alhamdulillah.
Demikian sekilas jelajah kuliner nusantara ala saya, tanpa mencantumkan rincian menu favorit. Karena sulit rasanya memilah mana yang favorit mana yang tidak. Sebab saya tipe pemakan segala. Selama halal dan bergizi serta bersih dan sehat semuanya dinikmati. Takdir kita berada di kepingan surga bernama Indonesia yang kaya dengan segalanya. Menjelang menutup tulisan ini saya teringat sabda kanjeng Nabi Muhammad, "Makan, minum, dan berpakaian serta bersedekahlah tanpa berelebihan dan kikir". Alhamdulillah. []