Kesalahan Persepsi Masyarakat Awam dalam Memahami Zakat
Padahal, zakat kodratnya bukan mesin pencuci harta haram, zakat bukanlah money laudring. Fungsi zakat bukanlah untuk mensucikan harta yang haram menjadi halal. Sebaliknya justru harta yang haram hukumnya haram untuk dizakati.
Pernyataan yang benar ialah zakat itu berfungsi untuk membersihkan diri dan jiwa orang yang melakukannya. Seperti yang ditegaskan Allah swt. Dalam firmannya. (QS. At-Taubah:103).
خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
Artinya:
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui”.
5. Zakat menjadi syarat diterimanya puasa ramadan
Mungkin hal tersebut terjadi dikarekan sebuah hadits palsu yang menyatakan “(pahala) bulan ramadan itu menggantung diantara langit dan bumi, tidak terangkat kepada Allah swt. Kecuali dengan ditunaikannya zakat fitrah”.
Secara matan hadits ini bertentangan dengan pendapat para ulama. Hubungan antara zakat dengan puasa sama sekali tidak ada kaitannya sebagaimna hubungan antara wudu dan shalat.
Mengenai shalat, memang diakui bahwa salah satu syarat sahnya adalah suci dari hadas. Sehingga apabila seseorang shalat dalam keadaan berhadas kecil tanpa berwudu, maka shakatnya tidak sah sesuaj dengan kesepakatan para ulama.
Sedang hubungan antara zakat dan puasa tidak terjalin sebagai hubungan syariat dan masyrut. Masing masing berdiri sendiri dan tidak saling menjadi syarat atas sah tidaknya ibadah lain. Dengan kata lain, seorang yang menjalankan aktivitas ibadah di bulan ramadan, yang dilakukannya dengan memenuhi syarat dan rukunnya, insya Allah swt. telah sah secara hukum disisi-Nya.
Tidak ada kaitnya dengan apakah ia telah menunaikan kewajiban zakatnya atau belum.