Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Guru

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Alhamdulilah, Najla Bisa Gunakan Kursi Roda di Hari Raya

14 Juni 2018   01:33 Diperbarui: 15 Juni 2018   11:44 2658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alhamdulilah, Najla Bisa Gunakan Kursi Roda di Hari Raya
Dok Pribadi

Saat itu Selasa, tanggal 29 Mai 2018, tepatnya pukul 10.39 WIB aku menerima sebuah pesan messenger dari seseorang yang menjadi teman di facebook. Ia menulis seperti berikut ini.

Assalamu'alaikum wr wb. 

Perkenalkan, saya Iromi, pendamping Program Keluarga Harapan di Kec. Lueng Bata. Tadi siang, saat kami bertugas pembagian BPNT (Bantuan Pangan non tunai) di Kec.Lueng Bata, sayup- sayup terdengar ada yang minta kursi roda ke rekan kerja saya. Jika masih tersedia stok kursi rodanya, maka akan saya telusuri lagi data yang menanyakan tadi Pak... terima kasih...

Begitulah isi pesan yang aku terima. Aku pun menjawab salamnya. "Waalaikum salam." Lalu aku mengucapkan terima kasih. Kemudian melanjutkan pertanyaan "Yang minta kursi roda anak atau orang tua?"

Merespon pertanyaanku, Pak Iromi menjelaskan bahwa "... tadi orang tuanya yang ngomong, cuma saya belum pastikan untuk siapa diperuntukkan. Akan saya cek dulu pak ya. Insyaallah segera saya kabari. Mana tahu sesuai dengan syarat yang bapak perlukan..."

Nah, sebelum aku memberikan jawaban dan putusan, maka kepada Pak Iromi aku jelaskan tentang bantuan yang kami sediakan itu. Maka, kami jelaskan kepadanya hal seperti berikut secara singkat. "Kursi roda ini adalah bagian dari program 1000 sepeda dan kursi roda yang dilaksanakan oleh CCDE/Majalah POTRET/Majalah Anak Cerdas dan POTRET Gallery Banda Aceh. 

Gerakan ini merupakan gerakan sosial nonprofit murni yang bertujuan membantu mempermudah anak-anak kurang mampu di Aceh dalam mengakses sekolah mereka dengan pemberian satu unit sepeda dan kursi roda. Pemberiannya dilewati melalui usulan, diproses kelayakannya sebagai langkah awal, lalu diverifikasi di tempat dan bila memenuhi kriteria, kemudian langsung diantar ke rumah masing-masing penerima. Selain itu isyaratkan pula mereka bersekolah. 

Keculai pada kondisi tertentu yang membuat mereka tidak bisa bersekolah. Sumber dana untuk program ini adalah dari para dermawan yang memberikan kepercayaan kepada kami. Mereka memberikan bantuan seikhlasnya, bisa Rp1000, bisa pula lebih yang bisa membeli beberapa sepeda dan kursi roda untuk penerima manfaat dari program ini. Semua dana yang masuk digunakan untuk membeli sepeda dan kursi roda yang harganya terus naik.

Kemudian, setelah mendapat penjelasan tersebut di atas, Pak Iromi menjelaskan lagi. "Adek ini dari keluarga miskin, cuma lagi saya cek apa yatim atau bukan. Umurnya kira- kira 12 tahun. Disabilitas, tidak mampu berjalan secara mandiri karena ada masalah dengan pertumbuhannya, tidak hanya fisik, juga bermasalah dengan mental. Untuk sementra, itu info yang saya dapatkan. Lokasinya di desa Blang Cut, Kec. Lueng Bata... terima kasih pak."

Itulah informasi awal yang kami terima. Tentu masih sangat sedikit. Oleh sebab itu kami membutuhkan data lengkap dari anak. Maka, kami meminta Pak Iromi memberikan data tentang anak tersebut.

Ternyata Pak Iromi cepat tanggap dan mengirimkan kami informasi yang sangat lengkap dalam bentuk narasi yang sangat menyentuh. Pak Iromi pun kemudian meminta nomor kontak (HP) kami yang katanya untuk memudahkan komunikasi di antara kami. Tentulah tidak menjadi masalah, apalagi untuk tujuan kebaikan, membantu orang-orang yang menderita, membantu anak yang sangat memerlukan bantuan kursi roda.

Setelah itu, komunikasi kami sempat terputus. Mungkin karena kedua pihak, kami dan Pak Iromi sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Namun, mengingat ini bulan Ramadhan, kami mengirimkan pesan pada Pak Iromi dengan sapaan, apa kabar? Sapaan itu, kemudian ditanggapi Pak Iromi. Ia memohon maaf. " ... mohon maaf Pak, kalau bapak ada waktu, besok, Jumat, kita berkunjung ke rumah Najla. Namun, sebelumnya, besok pagi jam 9, akan saya pastikan dulu ada orang di rumah atau tidak. Besok akan saya kabari Pak Tabrani lagi..."

Karena ingin segera bisa bertemu Najla, kami setujui waktu ke rumah Najla pada pukul 09.00 pada hari Jumat, 8 Mai 2018. Lalu, pada pagi hari Jumat itu, Pak Iromi kembali mengirimkan pesan. "Pak, hari ini keluarga Najla ada di rumah... jam berapa kira-kira Pak Tabrani akan berkunjung?"

Menjawab pertanyaan itu, kami mengatakan, ya sekarang. Kami pun mengambil dan membawa langsung kursi roda yang disimpan di lantai II POTRET Gallery di Jalan Prof. Ali Hajsmy, Pango Raya, Banda Aceh itu. Iqbal dan Muhajir menaikannya ke mobil POTRET yang sudah siap untuk berangkat ke desa Blang Cut Lhueng Bata yang jaraknya hanya beberapa kilometer saja itu. Dalam waktu hitungan menit, kami tiba di rumah Najla, yang letaknya persis di belakang SMA Negeri 11 Banda Aceh.

Doc. Pribadi
Doc. Pribadi
Ketika kami tiba di lokasi, Pak Iromi sudah duluan datang dan menunggu kami. Turun dari mobil, kami langsung menuju sebuah rumah dengan konstuksi kayu, berupa rumah kopel yang terasa lumayan sempit itu. Kami dipersilakan masuk oleh ibunya Najla dan duduk bersila di lantai. Sementara Najla melihat kami dengan rasa takut. 

Ia berkali-kali bertanya pada ibunya tentang kedatangan kami dengan bahasanya yang sulit dipahami itu. Setelah ibunya meyakinnya bahwa kami bukan dokter atau tenaga medis, Najla mulai diam. Kami pun mulai berbincang-bincang dengan ibunya Najla. Karena kedatangan kami untuk melakukan verifikasi, maka kami meminta penjelasan mengenai kondisi Najla kepada ibunya, Tina.

Bu Tina menjelaskan panjang lebar tentang anaknya Najla yang masih berumur 7 tahun itu dan merupakan anak ke 5 dari lima bersaudara. Najla adalah anak yang paling kecil dan memiliki hidup yang berbeda dengan abang dan kakaknya. Walaupun sudah umur 7 tahun, Najla tidak bisa berjalan, tidak bisa berbicara dan hanya bisa beringsut dan tidur.

Kondisi ini pula yang membuatnya harus selalu digendong oleh ibunya. Nah, menurut dokter, Najla menderita penyakit yang disebut celebral palsy, suatu kelainan pada gerakan dan postur tubuh yang tidak agresif akibat cedera pada susunan saraf pusat. Akibat defisit motorik sentral.

Akibatnya, Najla menjadi tidak progresif sehingga melahirkan kondisi retardasi mental berat, sebuah kondisi di mana rendahnya kecerdasan dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Pun demikian, gadis kecil bernama lengkap Najla Wafiyyah, tetap menjadi karunia Tuhan terindah yang selalu dijaga dan disyukuri keluarga Bakri dan istrinya Tina. Najla menunjukkan perilaku yang berbeda sejak berusia 18 bulan. "Itu juga setelah Najla drop dan harus rawat inap di rumah sakit selama 40 hari berturut-turut".

Sejak saat itu, orang tua Najla rutin membawanya ke rumah sakit guna melakukan i'isrotcrapi anak. Jadwalnya pun sudah menentu, dua kali dalam seminggu, setiap Selasa dan Kamis di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSlA) Banda Aceh. Tidak hanya itu, mereka juga harus ke Rumah Sakit Umum Zainal Abidin sekali dalam sebulan untuk melakukan kontrol saraf dan mengambil obat rutin, lanjut Tina.

Usai mendengar cerita itu, kami bertanya apakah selama ini pernah mendapat bantuan kursi roda? Bu Tina menjawab, pernah ditawari kursi roda, namun karena Najla masih sanggup digendong, maka Bu Tina tidak mengambil kursi roda, malah Bu Tina mengatakan, masih ada orang lain yang sangat mebutuhkan. Maka, dahulukan mereka. Namun, saat ini sejalan dengan semakin besarnya Najla dan tidak bisa lagi digendong, maka kami mohon bantuan kursi roda. Najla suka jalan-jalan melihat teman-teman sebaya bermain. Agar ia bisa menikmati itu, maka diperlukan satu kursi roda.

Tentu banyak hal yang kami tanyakan. Keputusan harus dibuat. Oleh sebab itu, setelah verfikasi dan mempertimbangkan alasan-alasan sesuai persyaratan, kami menyatakan bahwa Najla bisa kami bantu sebuah kursi roda. Alhamdullilah, ujar bu Tina. Lalu, Iqbal dan Pak Iromi menurunkan kursi roda dari mobil POTRET dan membawa masuk ke rumah Najla.

Kami membuka kardus dan mengeluarkan kursi roda tersebut ada di dalam kardus besar itu. Lalu, ibunya Najla, mengajak Najla mengucapkan terima kasih. Ya terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu program 1000 sepeda untuk anak yatim, piatu, miskin dan anak-anak disabilitas di Aceh agar bisa mengakses sekolah dengan bersepeda dan kursi roda.

Kami sangat bersyukur, karena Najla Bisa menggunakan kursi roda di waktu hari Raya Idul Fitri. Alhamdulillah dan terima kasih banyak kepada para donator yang sudah ikut membantu program ini selama beberapa tahun yang lalu.

img-4874-jpg-5b21c05fcaf7db49b55970a5.jpg
img-4874-jpg-5b21c05fcaf7db49b55970a5.jpg
Oleh Tabrani Yunis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun