Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Guru

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Lebaran, "Family Outfit" yang Seragam

7 Juni 2019   07:34 Diperbarui: 7 Juni 2019   07:50 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lebaran, "Family Outfit" yang Seragam
Dok Pribadi

Semua ini dimaksudkan agar ketika  berhari raya, apakah di kota atau pun kala mudik lebaran ke kampung halaman, pakaian yang serba baru tersebut ikut menjadi pendorong semangat berhari raya.

Dalam hal membeli pakaian untuk hari raya tersebut tidak hanya berburu pakaian baru, tetapi juga pakaian-pakaian yang berkualitas, modis, new arrival, atau model terbaru, branded, dan mahal. Bahkan, tidak jarang yang ikut mengubah pola berpakaian. 

Bukan saja semua hal yang disebutkan di atas, banyak pula keluarga yang suka dengan membuat outfit lebaran yang seragam, baik seragam model, seragam bahan, seragam warna dan sebagainya. Pokoknya lebaran semakin indah apabila outfit lebaran tersebut  harus baru dan sebagainya.

Pertanyaan kita, apakah setiap kaii kita merayakan hari raya tersebut, semua orang harus berpakaian baru? Apakah memang Islam menganjurkan semua umatnya untuk berpakaian baru?

Tentu saja tidak. Ajaran Islam tentu tidak memberatkan umatnya dalam menjalankan ibadah dan melaksanakan ritual-ritual keagamaan. Islam mengajarkan umatnya kesederhanaan. 

Dalam hal pakaian hari raya pun sebenarnya yang dianjurkan adalah pakaian pakaian terbaik, pakaian yang layak pakai, bukan pakaian baru yang mahal-mahal yang memberatkan diri. 

Karena esensi merayakan hari raya bukan pada memakai baju baru, apalagi untuk memperlihatkan status sosial dan show off, itu bukan esensi merayakan hari raya. Namun, itulah selera kita, keinginan kita yang kadang kala suka berlebihan. 

Lalu, apakah salah? Tentu saja tidak. Yanh penting dalam menjalani hidup dan merayakn kemenangan di idul fitri, sesuaikanlah dengan kemampuan masing-masing. Jangan sampai harus meminjam kata pepatah lama, besar pasak dari tiang. Apa yang akan terjadi bila pasak lebih besar dari tiang? Pasti sulit bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun