8 Nostalgia Masa Kecil di Bulan Ramadan yang Tidak akan Kembali Lagi
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang istimewa buat umat Islam di seluruh dunia. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak pun ikut menikmati bulan Ramadhan itu dengan segala suka dan dukanya. Bulan ini dianggap sebagai bulan yang mulia, penuh Rahmat, kedermawanan dan juga bulan penuh pengampunan. Puncaknya, ketika Ramadhan berakhir, tibalah hari Raya Idul Fitri atau Lebaran yang sangat dinanti-nantikan.
Nah bagaimana dengan kisah dan nostalgia bulan Ramadhan di zaman dahulu? Tentunya berbeda dengan zaman sekarang yang serba modern dan padat dengan teknologi. Waktu sahur atau buka, ada gadget yang bisa mengingatkan kita, dan masih banyak lagi segala kemudahan yang diyawarkan oleh teknologi. Yuk kita simak delapan hal yang ada di zaman dulu dan mungkin kini sudah jarang atau bahkan sudah tidak mungkin ada lagi.
1,Berpuasa di Abad ke 14 Hijriah.
Kalau sekarang kita berpuasa di abad ke 15 Hijriah atau tepatnya tahun 1444 Hijriah, maka sebagian orang yang mengalami era tahun 1970 an dan sebelumnya, pernah mengalami dan merasakan bagaimana suasana berpuasa di akhir abad ke 14 Hijriah. Saya masih ingat misalnya November tahun 1973 bersamaan dengan Ramadhan tahun 1390 H. Tentu saja kita tidak mungkin lagi mengalami abad 14 Hijriah, kecuali ada yang bisa menciptakan mesin waktu untuk kembali kea bad lampau.
2.Sekolah Libur sepanjang bulan.
Waktu itu sekolah diliburkan sepanjang bulan puasa dan baru masuk lagi sehabis Lebaran. Namun karena Lebaran jatuhnya juga sudah bulan Oktober dan tidak lama lagi kenaikan kelas, maka akhir tahun, bisa merupakan libur sangat panjang yang saling susul menyusul.
3. Istilah Puasa dan Sembahyang masih lebih banyak dipakai.
Nah ini juga mungkin luput dari perhatian anak-anak sekarang yang lebih banyak memakai istilah salat dan saum untuk sembahyang dan puasa. Dulu istilah sembahyang dan puasa yang lebih dominan.
4. Membangunkan Sahur Keliling Kampung.
Kalau sekarang di kota -kota kebanyakan sewaktu sahur dibangunkan dengan dering jam dan ditemani oleh siaran TV, dulu biasanya anak-anak dan remaja lah yang membangunkan penduduk dengan berkeliling kampung sambil membunyikan berbagai musik seadanya dan berteriak sahur-sahur