Pengalaman PLPG saat Ramadan
Pengalaman itu membuatku memahami perjuangan teman-temanku yang sedang berpuasa.
Delapan tahun yang lalu, tepatnya 2012, saya mengikuti kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) selama 10 hari di Lembang.
Saya sudah bisa membayangkan beratnya pendidikan dan pelatihan dengan jadwal yang sangat padat itu. Pasalnya, teman-teman yang mengikuti PLPG pada periode sebelumnya, telah bercerita panjang lebar tentang suka duka mengikuti pendidikan dan pelatihan tersebut.
Teman-teman harus bersedia bangun lebih pagi. Bahkan harus siap-siap kalau bagian pinggang dan punggung pegel-pegal karena kelamaan duduk.
Mereka menyarankan saya agar menjaga stamina. Masalahnya, pendidikan dan pelatihan ternyata dimulai dari pukul 07.00 WIB dan berakhir pada sore hari pukul 18.00 WIB.
Sementara di malam hari, teman-teman juga harus lembur sampai larut malam untuk menyelesaikan berbagai penugasan yang berkaitan dengan pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta mempersiapkan bahan praktek mengajar.
"Intinya, pembelajarannya sangat padat." Kenang mereka.
Ketika giliran saya tiba, saya pun merasakan apa yang mereka sampaikan sebelumnya. Tetapi harus tetap bersemangat, karena ini adalah bagian pengembangan diri dan pengakuan atas profesi keguruanku. Kalau tidak serius, bisa-bisa saya gagal.
Saya pun mencoba untuk tetap bersemangat dan menuntaskannya dengan sempurna.
Nah, tantangan terberatnya ternyata bukan semata karena materi yang padat. Ternyata, saya dengan ratusan teman-teman guru dari berbagai daerah menjalani pendidikan dan pelatihan tersebut saat bulan Ramadan.
Bagi ratusan teman-temanku, mungkin tidak seberat yang saya hadapi. Mereka sudah terbiasa dan terlatih berpuasa dari tahun ke tahun. Tapi bagi saya pribadi masa 10 hari ini adalah "The New Normal".