Antara Cinta dan Baju Lebaran
Membeli busana baru pada saat hari besar adalah sesuatu hal yang wajar. Tingkat kewajarannya dilihat dari segi perayaannya yang tidak setiap waktu.
Setiap kita pasti menginginkan situasi yang baru, gaya yang baru di hari besar yang kita rayakan salah satunya di hari raya ini. Merayakan lebaran dengan nuansa baru adalah idaman kita semua. Hati yangbaru kita tnjukkan dengan sikap, tindakan dan pekataan serta busana yang serba baru.
Saat ini adalah masa-masa persiapan untuk lebaran. Apa saja yang sudah kalian siapkan ? Saya sendiri seorang kristiani tetap mempersiapkan lebaran dengan hati yang gembira. Entah mengapa kebiasaan ini sudah mendarah daging bagi kami. Hal ini dikarenakan oleh relasi yang harmonis dengan tetangga yang beragama muslim. Kami yang tinggal dikompleks memiliki kebiasaan yang baik yakni merayakan hari besar secara bersama-sama entah itu natal,tahun baru, imlek dan hari raya idul fitri.
Tadi pagi saya bersama seorang ibu yang adalah tetangga pergi ke pasar untuk membelikan beberapa potong baju baru untuk lebaran. Baju-baju itu diperuntukkan bagi anak-anak komplek. Ketika membeli baju tersebut saya tertarik dengan satu gaun yang bagi saya unik sekali. Sayang, baju itu tidak cocok dengan ukuran badan saya dan hanya itu saja. Saya ngotot untuk mencba gaun tersebut...
Ketika saya masuk kedalam kamar kecil tempat ganti baju, ibu yang menemani saya itu mengambilkan gaun yang lain dan memberikannya kepada saya seraya berkata " Barangkali ini muat untuk ibu..?" Saya hanya terdiam karena saya tidak suka dengan baju yang diberikan..akhirnya saya melepas gaun yang sudah saya coba dan tetap membelinya dengan maksud saya akan memberikannya kepada anak-anak yang lain.
Setelah urusan bayar membayar selesai, teman saya itu berkata kepada saya, " Tahu gak sih, cinta itu persis ibarat pakaian" Lantas saya menjawabnya dengan pertanyaan," Apa maksudnya ?".
Kemudian ia menjelaskan padaku jika pakaian yang kamu kenakan membuatmu sesak dan sakit atau tidak nyaman maka lepaskanlah, meskipun itu terlihat elegan dan mewah ditubuhmu bahkan kamu mendapatkan pujian atas pakaian yang elegan tersebut, lepaskanlah.. Untuk apa pujian jika kamu mati-matian menahan rasa sakit..
Sebaliknya meskipun pakaian itu sederhana atau kalah model dan kamu mendaatkan ejekan atas itu bahkan mungkin jadi tertawaan orang lain, jika pakaian itu membuatmu nyaman dan percaya diri maka pertahankanlah. Jangan menilai pakaian dari model,harga dan bahan tapi nilai dari kenyamanan saat mengenakannya.
Nah.. begitu juga ketika kita mencintai sesama..jika cinta itu menimbulkan rasa sakit dan membuatmu tak nyaman maka lepaskanlah karena sejatinya cinta itu gudang dari kenyamanan kasih sayang dan kebebasan. Jangan sekali-kali menilai cinta dari harta ,rupa dan tahta. Sebab cinta itu tulus adanya dan murni.
Sejenak aku merenungkan pernyataannya yang membuatku sedikit tersenyum sinis padanya. Benar juga, semua aktivitas yang kulakukan menjadi cermin untuk memperbaiki diri. Tak jarang juga sayamemaksakan diri untuk mengenakan sesuatu walaupun sudah tidak nyaman. Hal ini bukan tak beralasan tapi sekali lagi ingin tampil dengan mode trend. Selain itu sering juga memaksakan diri untuk memenuhi keinginan ego.
Sekali lagi ini semua tergantung kenyamanan dan belajar melepaskan. Mencintai dan dicintai adalah hakikat manusia. Kenyamanan untuk mencinta dan dicinta ditentukan oleh sipemilik cinta yakni aku,kamu dan kita.
Saya tahu apa yang membuat saya nyaman,membuatku bahagia. Oelh karena itu baiklah saya melakukan dan membiasakan diriku untuk tampil apa adanya dan berbat sesuai dengan kemampuan. Sekali lagi tak guna memaksakan diri dengan hal-hal yang membuatku merasa tidak nyaman.
Terima kasih..baju lebaran telah menghantarku pada sebuah refleksi akan arti cinta yang sesungguhnya. Walau cinta tidak hanya berlaku pada dua insan tapi berlaku bagi seluuh lapisan manusia.
Cinta yang akan menyatukan kita tapi cinta juga mampu membuat kita tercerai berai. Semoga kita menemukan kenyamanan dalam berbagi cinta..
semoga