Memaafkan Itu Melegakan
Hidup Tanpa Dendam Sungguh Merupakan Sebuah Kebahagiaan Tak Ternilai
Setiap hari kita keluar rumah untuk melakukan berbagai aktivitas, baik dengan menggunakan kendaraan umum, maupun kendaraan pribadi. Betapapun hati hatinya kita mengemudikan kendaraan, boleh jadi entah karena apa, suatu waktu kita secara tidak sengaja menyengol penguna jalan raya lainnya, sehingga terluka dan kendaraannya, mengalami lecet atau tergores.
Maka sebagai rasa tanggung jawab,tidak cukup sekedar mohon maaf dan pergi, melainkan membiayai pengobatan korban dan tentunya membayar ongkos perbaikan kendaraannya, yang tergores akibat kita kurang hati hati. Setelah menyelesaikan tanggung jawab ,maka kita merasa lega, walaupun untuk hal tersebut mengeluarkan dana yang tidak sedikit.
Tetapi bila melarikan diri, maka walaupun terhindar dari kewajiban membayar ganti rugi dan biaya pengobatan, hati akan dihantui rasa bersalah seumur hidup. Yang mengakibatkan terganggunya, ketenangan batin dan meniadakan kesempatan untuk dapat menikmati kebahagiaan berada bersama keluarga tercinta.
Di sisi lain, bila justru diri kita yang menjadi korban dari kesalahan orang lain, maka semakin besar kerugian yang dialami, akan semakin sulit untuk memaafkan pelakunya. Tetapi justru hal ini semakin menjadi beban batin dan penghambat dalam menikmati hidup. Satu satunya jalan adalah memaafkan pelakunya. Betapapun tindakannya, sangat melukai hati kita.
Roda Kendaraan Saya Pernah Dilonggarkan Bautnya
Semasa masih tinggal di Padang, setiap kali akan melakukan perjalanan jauh,yakni dari Padang ke Jakarta, makan kendaraan walaupun masih baru, tetap saja saya bawa ke bengkel untuk di service. Karena untuk menempuh perjalanan selama hampir 30 jam, karena jalanan pada waktu itu masih parah dan hanya dapat dilalui dengan perlahan lahan, dibutuhkan bukan hanya ketahanan stamina saya sebagai Pengemudi, tetapi juga kendaraan harus dalam kondisi yang prima.
Tetapi belum jauh mengemudikan kendaraan, sewaktu kendaraan mulai memasukki pendakian, terasa ada sesuatu yang tidak beres. Laju kendaraan tidak stabil.
Maka saya memutuskan untuk menepikan kendaran dan menarik rem tangan, serta turun dari kendaraan. Ternyata baut roda belakang longgar dan hampir terlepas. Saya tidak berani membayangkan seandainya, roda terlepas sewaktu dalam pendakian. Di dalam kendaraan, di samping saya dan isteri, ada ketiga orang anak kami yang masih kecil dan seorang adik isteri saya.
Saya langsung bersujud syukur kepada Tuhan, karena telah terhindar dari malapetaka dan mengunci roda kendaraan dengan kencang. Saya tidak habis pikir, bagaimana mungkin hal ini terjadi, padahal bengkel tempat saya service kendaraan adalah punya sahabat baik saya.