Memberi=Menerima, Saya yang Mana?
Hubungan seseorang akan lebih rekat dengan memberi. Memberi juga sebagai simbol kita masih mengingat orang tersebut walaupun jaraknya jauh. Seperti ucapan ulang tahun, mengirim rangkaian bunga, memberi ucapan hari raya, hingga menanyakan kabar sebagai bentuk memberikan perhatian.
Meski terpaut jarak, seseorang akan tetap terhubung dan menjadi semakin dekat. Kedekatan hubungan itu yang kemudian membuat seseorang merasa lebih nyaman dan bisa lebih terbuka.
Sebagai makhluk sosial yang masih membutuhkan kehadiran orang lain di sisinya, seseorang perlu saling memberi. Tindakan saling memberi akan meningkatkan kedekatan kita dengan orang lain.
Bahkan, sekadar memberi senyum, tergolong sedekah dan akan menerima pahala. Dan, pahala berarti balasan Tuhan yang akan diterima kelak di akhirat atas kebaikan yang diperbuat di dunia. Sebaliknya, dosa adalah balasan yang diterima di akhirat atas perbuatan buruk di dunia.
Secara psikologi
Psikolog Jerman Erich Fromm menjelaskan, dalam proses memberi, seseorang sebenarnya telah menyerahkan kekuatan pada orang yang menerima untuk menjadi pemberi.
Contoh sederhananya, saat berbagi memberi makan pada anak yatim, sehingga kebutuhan dasar mereka terpenuhi, di saat yang bersamaan mereka memberikan kedamaian dan rasa cukup dalam diri kita saat melakukannya.
Dalam satu waktu, saya/kita dan mereka telah membagi dan melengkapi sesuatu. Dengan konsep ini, kita dapat memaknai proses memberi sebagai sebuah upaya mencapai keseimbangan.
Artinya, saya/kita melepaskan sesuatu yang berlebih dalam diri sehingga menyediakan ruang untuk menerima yang kita butuhkan. Mereka pun menerima sesuatu untuk melengkapi diri mereka, dan menjadi kuat untuk memancarkan energi kebaikan.
Dengan demikian, kita memahami bahwa memberi bukan tentang menjadi lebih baik dari pada yang lain, namun tentang menjadi lebih baik bersama-sama.
Memberi tidak akan memiskinkan atau melemahkan seseorang. Bahkan dengan pemahaman yang lebih mendalam, memberi dapat mengoptimalisasi fungsi diri saya/kita sebagai makhluk Tuhan yang beragama dan bersosial.