Supartono JW
Supartono JW Konsultan

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sudahkah Saya Memimpin Diri Sendiri dengan Benar?

18 April 2022   23:13 Diperbarui: 18 April 2022   23:28 1293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sudahkah Saya Memimpin Diri Sendiri dengan Benar?
Sumber: Kompas.id

Di bulan penuh ampunan ini, seharusnya para pemimpin yang seharusnya amanah, bisa sadar diri, dengan apa yang terus dilakukannya, diperbudak oleh kepentingan duniawi, harta dan kekuasaan, tetapi lupa pada tugas dan tanggungjawab yang sebenarnya.

Pertanyaanya, mustahilkan para pemimpin itu tak paham tentang KEPEMIMPINAN DIRI (Self Leadership)? Masa mereka lupa kepemimpinan diri itu, sebuah tindakan yang dilakukan oleh seseorang secara sengaja untuk mempengaruhi perasaan, pemikiran, dan tindakan diri sendiri hingga mencapai tujuan akhir yang diharapkan.

Apakah para pemimpin (di parlemen dan pemerintahan) NKRI memang tak kompeten dalam self leadership? Self leadership bukanlah kompetensi yang dapat dikuasai oleh seseorang secara kebetulan apalagi otodidak. Menguasainya, dibutuhkan usaha, latihan, dan kesungguhan, untuk melatih self leadership dalam diri. Sangat sulit untuk menjadi pemimpin yang kredibel dan otentik ketika tidak menyadari kekuatan dan kelemahan diri sendiri.

Bila tak menguasai, jangankan akan mampu memimpin keluarganya atau lingkungan Rukun Tetangga (RT) atau Rukun Warga (RW) atau Lurah/Kepala Desa atau Camat atau Bupati/Wali Kota atau Gubernur atau Predisen, memimpin diri sendiri saja, tentu akan kesulitan bila tak menguasai self leadership.

Selama ini, orang memandang bahwa self leadership lebih ditekankan untuk pengembangan karir? Namun, bagaimana karir sesorang.akan berkembang bila dirinya sendiri juga tak paham self leadership. Self leadership juga sangat vital untuk meningkatkan kemampuan diri. 

Dari berbagai literasi, hal terkait kemampuan diri di antaranya adalah 

Pertama, sadari pikiran dan perasaan (Own Your Mind and Feeling) yang saya/kita miliki. Sebagai pemilik, kita harus dapat mengontrol perasaan dan pikiran yang kita miliki. Bila kita mampu mengontrol pikiran dan perasaan, maka sekaligus dapat mengontrol aksi dan reaksi terhadap suatu masalah yang sedang kita hadapi. Ini negeri kisruh terus, di mana sih pikiran dan perasaan saya?

Memang mempelajari bagaimana mengontrol pikiran dan perasaan biasanya melalui pelatihan-pelatihan kepemimpinan atau pelatihan teater, juga dapat melalui kursus langsung mau pun online dan lainnya. Atau minimal membaca ilmu tentang mengontrol pikiran dan perasaan. 

Singkatnya, seorang, untuk jadi pemimpin diri atau pemimpin rakyat, sewajibnya menguasai ilmu dan praktik tentang mengontrol pikiran dan perasaan.  Bila tidak, mungkin inilah yang sekarang terjadi di negeri ini, banyak pemimpin yang tak punya atau hilang perasaannya, pikirannya pun seolah tumpul.

Kedua, tujuan (Purpose). Menjadi pemimpin diri sendiri atau pemimpin rakyat wajib ada tujuan. Apa tujuan hidup kita? Apa tujuan menjadi pemimpin rakyat? Mampukah dalam proses mencapai tujuan, kita dapat mengendalikan diri tetap patuh dan konsen pada tujuan lalu tetap.dengan pemikiran dan perasaan yang terus terkendali. Tidak terpengaruh dan dipegaruhi hal negatif, apalagi kepentingan yang tak searah dengan tujuan.

Ketiga, kesadaran diri (self Awareness), berarti mengenali diri sendiri. Ini termasuk kekuatan dan kelebihan yang kita miliki. Mengenali kecerdasan intelegensi, personality, hingga karakter yang kita miliki akan mempengaruhi cara berpikir dan tindakan kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun