Supartono JW
Supartono JW Konsultan

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sudahkah Saya Memimpin Diri Sendiri dengan Benar?

18 April 2022   23:13 Diperbarui: 18 April 2022   23:28 1293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sudahkah Saya Memimpin Diri Sendiri dengan Benar?
Sumber: Kompas.id


Bila memimpin diri sendiri tidak bisa, bagaimana memimpin orang lain? (Supartono JW.18042022)

Catatan saya, sejak Ramadhan 2014 hingga sekarang, Ramadhan 2022 (1443 Hijriah), di Indonesia, bicara masalah pemimpin dan kepemimpinan rasanya masih terus dalam kadar memprihatinkan. 

Mulai dari pemimpin daerah hingga pemimpin negeri, tak terkecuali, banyak hal yang masih belum layak diteladani oleh masyarakat. Terlebih, sejak itu hingga detik ini, negeri dalam situasi tak lagi nyaman akibat perseteruan kubu politik yang berbeda.

Mirisnya, sampai detik ini, pemimpin negeri ini terkesan membiarkan kondisi perseteruan yang tak berujung. Semakin hari terus saja ada masalah yang timbul dan ditimbulkan. Tetapi, malah asyik dengan ambisi-ambisnya, dan rakyat terus yang ditekan.

Selain itu, kasus-kasus menyoal kepemimpinan dan  pemimpinnya sendiri, tak sulit ditebak, berputar-putar pada masalah yang sama, sebab siapa pun yang berlomba menjadi pemimpin atau dijagokan menjadi pemimpin oleh kelompok dan partainya, tujuannya sudah tak murni untuk memimpin dan amanah untuk rakyat , tetapi sudah ditempeli kepentingan-kepentingan dan ambisi-ambisi.

Selain itu, untuk.mendapatkan kursi menjadi pemimpin, modalnya mahal. Maka, hampir seluruh pemimpin dari tingkat daerah hingga pemimpin negeri ini ada yang memodali. Dengan begitu, siapa pun yang akhirnya jadi pemimpin, baik dengan cara jujur atau curang, sudah tak dapat lagi membawa diri, sebagai pemimpin sejati. Sudah terjerat oleh lingkaran masalah yang mereka cipta sendiri.

Saya yakin, semua pemimpin di negeri ini, awalnya ingin amanah memimpin sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya, amanah kepada rakyat, tetapi ketika sudah terjebak pada kepentingan-kepentingan, siapa yang memodali, di situlah para pemimpin terpilih mulai tak berjalan di relnya karena wajib ada timbal balik, hutang, dll.

Faktanya, berapa banyak pemimpin yang akhirnya ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)? Lalu, siapa pula yang berkolaborasi melemahkan KPK? Ya, para pemimpin itu sendiri.

Andai saja para pemimpin di Indonesia benar-benar menyadari hakikat memimpin dan menjadi pemimpin. Yakin,  minimal sekarang negeri ini rakyatnya damai dan hidup rukun. 

Sayang, para pemimpin itu gagal memimpin dan menjadi pemimpin, karena terjerat oleh kontraknya dengan pihak yang mengusung dan memodali, sehingga lupa akan tugas dan tanggungjawab yang seharusnya dilakukan. Malah, banyak yang potong kompas dalam rangka mengembalikan modal dan setoran, sehingga terpaksa menjadi koruptor. Akhirnya, pemimpin di +62 (pemerintahan dan parlemen) sangat identik dengan korupsi.

Menjadi pemimpin diri sendiri

Di bulan penuh ampunan ini, seharusnya para pemimpin yang seharusnya amanah, bisa sadar diri, dengan apa yang terus dilakukannya, diperbudak oleh kepentingan duniawi, harta dan kekuasaan, tetapi lupa pada tugas dan tanggungjawab yang sebenarnya.

Pertanyaanya, mustahilkan para pemimpin itu tak paham tentang KEPEMIMPINAN DIRI (Self Leadership)? Masa mereka lupa kepemimpinan diri itu, sebuah tindakan yang dilakukan oleh seseorang secara sengaja untuk mempengaruhi perasaan, pemikiran, dan tindakan diri sendiri hingga mencapai tujuan akhir yang diharapkan.

Apakah para pemimpin (di parlemen dan pemerintahan) NKRI memang tak kompeten dalam self leadership? Self leadership bukanlah kompetensi yang dapat dikuasai oleh seseorang secara kebetulan apalagi otodidak. Menguasainya, dibutuhkan usaha, latihan, dan kesungguhan, untuk melatih self leadership dalam diri. Sangat sulit untuk menjadi pemimpin yang kredibel dan otentik ketika tidak menyadari kekuatan dan kelemahan diri sendiri.

Bila tak menguasai, jangankan akan mampu memimpin keluarganya atau lingkungan Rukun Tetangga (RT) atau Rukun Warga (RW) atau Lurah/Kepala Desa atau Camat atau Bupati/Wali Kota atau Gubernur atau Predisen, memimpin diri sendiri saja, tentu akan kesulitan bila tak menguasai self leadership.

Selama ini, orang memandang bahwa self leadership lebih ditekankan untuk pengembangan karir? Namun, bagaimana karir sesorang.akan berkembang bila dirinya sendiri juga tak paham self leadership. Self leadership juga sangat vital untuk meningkatkan kemampuan diri. 

Dari berbagai literasi, hal terkait kemampuan diri di antaranya adalah 

Pertama, sadari pikiran dan perasaan (Own Your Mind and Feeling) yang saya/kita miliki. Sebagai pemilik, kita harus dapat mengontrol perasaan dan pikiran yang kita miliki. Bila kita mampu mengontrol pikiran dan perasaan, maka sekaligus dapat mengontrol aksi dan reaksi terhadap suatu masalah yang sedang kita hadapi. Ini negeri kisruh terus, di mana sih pikiran dan perasaan saya?

Memang mempelajari bagaimana mengontrol pikiran dan perasaan biasanya melalui pelatihan-pelatihan kepemimpinan atau pelatihan teater, juga dapat melalui kursus langsung mau pun online dan lainnya. Atau minimal membaca ilmu tentang mengontrol pikiran dan perasaan. 

Singkatnya, seorang, untuk jadi pemimpin diri atau pemimpin rakyat, sewajibnya menguasai ilmu dan praktik tentang mengontrol pikiran dan perasaan.  Bila tidak, mungkin inilah yang sekarang terjadi di negeri ini, banyak pemimpin yang tak punya atau hilang perasaannya, pikirannya pun seolah tumpul.

Kedua, tujuan (Purpose). Menjadi pemimpin diri sendiri atau pemimpin rakyat wajib ada tujuan. Apa tujuan hidup kita? Apa tujuan menjadi pemimpin rakyat? Mampukah dalam proses mencapai tujuan, kita dapat mengendalikan diri tetap patuh dan konsen pada tujuan lalu tetap.dengan pemikiran dan perasaan yang terus terkendali. Tidak terpengaruh dan dipegaruhi hal negatif, apalagi kepentingan yang tak searah dengan tujuan.

Ketiga, kesadaran diri (self Awareness), berarti mengenali diri sendiri. Ini termasuk kekuatan dan kelebihan yang kita miliki. Mengenali kecerdasan intelegensi, personality, hingga karakter yang kita miliki akan mempengaruhi cara berpikir dan tindakan kita. 

Ingat, ada orang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu. Ada orang yang tidak tahu bahwa dirinya tahu. Ada orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu. Dan, ada orang yang tahu bahwa dirinya tahu.

Menjadi pemimpin diri sendiri atau pemimpin keluarga hingga pemimpin bangsa dan negara, seharusnya.sudah pada tahap tahu bahwa dirinya tahu. Itu namanya sadar diri.

Keempat, memiliki keyakinan yang tinggi (Self Efficacy). Pemimpin diri atau pemimpin rakyat wajib memiliki keyakinan tinggi dan mampu mengambil keputasan yang benar dan tepat serta cara yang benar dan tepat pula, untuk mencapai tujuan.

Mencapai tujuan dengan keyakinan tinggi, maka tak akan lepas dari langkah-langkah yang ilmiah. Karenanya, menjadi pemimpin diri dan pemimpin rakyat, selain terdidik, wajib terus banyak membaca, terutama buku-buku sesuai topik dan tujuan, plus buku-buku sastra sebagai penyeimbang hal perikemanusiaan.

Kelima, melakukan aksi (Action and Impact) yaitu untuk mewujudkan apa pun langkah-langkah yang perlu sehingga dapat mencapai tujuan. Berikutnya, wajib selalu melakukan evaluasi terhadap setiap hasil kerja yang dilakukan dan perbaikan apa yang diperlukan untuk menjadi lebih baik.

Bila kita sadar pikiran dan perasaan, sadar tujuan, sadar diri, sadar akan keyakinan yang tinggi, maka dalam melakukan aksi, tentu akan memberikan yang terbaik bagi diri sendiri atau keluaraga atau rakyat. Akan memberikan dampak positif dan kemaslahatan untuk umat, sehingga kita menjadi orang yang amanah untuk diri sendiri, keluarga, dan rakyat. Sekaligus, dapat diteladani atau menjadi teladan.

Potret Indonesia terkini, di ranah politik terus kisruh dan berseteru, hingga merembet ke segala sendi kehidupan masyarakat. Siapa para pelaku yang membiarkan negeri ini terus kisruh meski di bulan yang penuh ampunan? 

Tentu, para pribadi oknum-oknumnya, pun para pemimpin yang asyik masyuk dengan kepentingannya.

Mari, saya/kita sebagai pribadi, ambil bagian yang kecil saja. Terus belajar agar mampu dan kompeten memimpin diri sendiri. Bagi yang sudah berkeluarga, mampu memimpin keluarga dan saudara-saudaranya.

Maaf, untuk pemimpin RT, RW, Lurah, Kepala Desa, Camat, Bupati, Wali Kota, Gubernur, Presiden, dan yang di dalam Parlemen, lihat kondisi negeri ini, kalianlah yang punya tanggungjawab mengendalikan. Ingat, tujuan yang amanah memimpin itu (secara demokrasi) adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Jangan hanya slogan. Untuknya diselewengkan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun