Saat Presiden Menyiram Kesejukan di Ramadhan 1443 Hijriah, Indah
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mesra bersama Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan di Sirkuit Buatan untuk Formula E, di Ancol. Kemesraan tersebut, secara otomatis menjadi momentum yang luar biasa bagi dunia politik Indonesia khususnya, dan umumnya menyejukkan suasana dan membikin hati damai rakyat Indonesia.
Peristiwa, momentum langka
Pasalnya, selama ini, semua pihak dan rakyat Indonesia tahu drama politik yang terjadi dan melibatkan kedua tokoh pemimpin di negeri ini, dan terus menyeret arus pendukung/koalisi masing-masing pada polarisasi rakyat.
Dalam kemesraan tersebut, Jokowi mengharapkan pada awal Juni nanti balapan Formula E disaksikan masyarakat.
"Ya saya ingin melihat persiapan Formula E, seperti apa di lapangan. Untuk trek balapannya sudah siap," ujar Jokowi di Ancol, Jakarta Utara, Senin (25/4/2022) dan di lansir oleh berbagai media massa Indonesia.
"Kemudian yang dikejar tinggal paddock dan grandstand-nya. Masih ada waktu habis Lebaran. Dan kita harapkan di awal Juni kita bisa melihat balapannya (Formula E)," lanjutnya.
Selain itu, saat meninjau lokasi sirkuit Formula E di Ancol ada adegan/momen menarik antara Jokowi dan Anies Baswedan. Anies menyopiri Jokowi menggunakan mobil golf, mengelilingi Sirkuit yang sudah 100 persen siap untuk balapan.
Sehingga, bukan hanya ucapan terima kasih yang disampaikan secara langsung di Ancol, ucapan terima kasih Anies ke Presiden juga diunggah dalam Instagramnya.
Peristiwa langka ini, tentu membikin berbagai pihak beropini masing-masing. Namun demikian, yang paling utama wajib disyukuri adalah sebagai pemimpin negeri, Jokowi telah memberikan keteladanan di tengah para pendukung yang tidak pernah selesai dengan dirinya sendiri, hingga terus bikin ulah, kisruh, dan memancing perpecahan anak negeri.
Yang pasti, di separuh jalan, ibadah Ramadhan fase 10 hari ketiga, Jokowi benar-benar menyiramkan kesejukan untuk rakyat di negeri ini, momentumnya juga sangat tepat, masuk ke wilayah Formula E, yang selama ini terus menjadi gorengan kepentingan.
Terima kasih Bapak Presiden Jokowi. Saya yakin, kehadiran dan kunjungan Bapak ke Ancol ikhlas dan atas nama bangsa dan negara, bukan karena intrik, taktik politik. Aamiin.
Semoga, Bapak dan semua rakyat Indonesia yang berhati bersih, terbebas dari api neraka. Aamiin.
Logika hati dan pikiran
Sebab pemimpin negeri telah menyirami suasana Ramadhan ini dengan kesejukan, kedamaian, seharusnya arus di bawah ikuti aliran sejuk dan damai itu. Tapi sayang, selepas momentum itu, tetap saja ada yang belum insaf.
Untuk itu, secara logika hati dan pikiran, saya mencoba memetakan, sebenarnya kondisi hati dan pikiran kita itu seperti apa. Bagaimana hati dan pikiran Presiden dan Anies dari peristiwa itu? Bagaimana hati dan pikiran para pendukungnya? Atau kira-kira, bagaimana hati dan pikiran saya dalam mengarungi hidup ini.
Logika hati dan pikiran, coba saya petakan menjadi 6, sekaligus menjadi quote. Logika-logikanya adalah:
(1) Perbuatan benar dan baik, selalu datang dari hati yang bersih dan otak yang cerdas. (Supartono JW)
(2) Perbuatan benar dan baik, bisa datang dari hati yang bersih, meski otaknya belum cerdas. (Supartono JW.27042022)
(3) Perbuatan salah dan buruk, bisa datang dari hati yang bersih dan otak yang cerdas. (Supartono JW.27042022)
(4) Perbuatan salah dan buruk, bisa datang karena hati yang kotor dan otaknya cerdas (licik). (Supartono JW.27042022)
(5) Perbuatan salah dan buruk, bisa datang karena hati yang bersih, tetapi otaknya belum cerdas. (Supartono JW.27042022)
(6) Perbuatan salah dan buruk, bisa datang karena hati yang kotor dan otaknya cerdas. (Supartono JW.27042022)
Dari 6 logika tersebut, maka dari peristiwa Senin, 25 April 2022, kita dapat menganalisis, hati dan pikiran Presiden RI dan Gubernur DKI, termasuk dalam kelompok orang dengan logika hati dan pikiran yang mana.
Pun, dapat menganalisis, hati dan pikiran para pendukung yang belum selesai dengan dirinya sendiri, belum selesai dengan peristiwa Pilgub dan Pemilu.
Selain itu, sepanjang hidup saya dan khususnya di ibadah Ramadhan 1443 Hijriah, hingga separuh perjalanan fase 10 hari ketiga (pembebasan dari api neraka), kira-kira logika nomor berapa yang menjadi sifat dan karakter saya?
Dari refleksi, instrospeksi, muhasabah diri, saya semakin memahami siapa diri saya. Dan, saya akan terus belajar dan berupaya minimal, saya menjadi orang yang tahu bahwa diri saya tidak tahu hingga saya menjadi orang yang tahu bahwa diri saya tahu.
Jangan sampai, saya terperosok menjadi orang yang tidak tahu bahwa diri saya tidak tahu. Tidak terpeleset menjadi orang yang tidak tahu bahwa diri saya tahu. Aamiin.
Terkait 6 logika tersebut, wahai orang-orang yang matahati dan pikirannya, terus dibutakan oleh kepentingan duniawi, harta, dan kekuasaan, hingga konsisten membuat keruh suasana, rakyat Indonesia terpolarisasi, terbelah, punyalah rasa malu. Sebab, manusia berbudi pekerti luhur, hati bersih, cerdas otak, dan imannya benar dan kuat, pasti punya rasa malu, dan tidak akan berbuat yang mempermalukan diri sendiri.
Apakah sejauh ini tujuan membelah persatuan rakyat Indonesia berhasil? Jawabnya, menurut saya, sementara berhasil hanya di dunia maya, di media sosial dan di media massa. Warganet.dan netizen berisik dan perang sesuai naskah dan penyutradaraan.
Tetapi di dunia nyata, rakyat Indonesia InsaAllah masih dominan dipenuhi orang-orang yang hatinya bersih dan otaknya cerdas. Masih dipenuhi rakyat yang hatinya bersih, meski otaknya belum cerdas, sebab dunia pendidikan Indonesia masih terpuruk. Semakin banyak orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu. Semakin bertambah orang yang tahu bahwa dirinya tahu. Aamiin.
Terima kasih Bapak Presiden Jokowi, indahnya Ramadhan saat Bapak menyiram kesejukan.