Manisnya Dodol Mampu Menangguk Cuan Saat Bulan Ramadan
Hadirnya bulan suci Ramadan bagi Pak Mardo dan Ibu Rodiah, bulan puasa merupakan momen yang di tunggu karena saatnya menangguk cuan dari manisnya bisnis dodol. Marno dan Rodiah adalah pelaku UMKM di kabupaten Bekasi
Kisah inspiratifnya mencari celah untuk memasarkan produk andalan yakni dodol,patut diacungi jempol. Menekuni bisnis rumahan sejak tiga dekade lalu, Marno dan Rodiah adalah contoh keuletan untuk tetap langgeng, serta mempertahankan kuliner tradisional agar tetap eksis.
Penganan tradisional yang terdiri dari bahan bahan seperti, gula merah, ketan, gula putih, kelapa. Proses pembuatan dodol termasuk lama, butuh waktu berjam jam untuk menjadi dodol. Pak Marno memiliki nama jualan dodolnya dengan merek Dodol Dewa Rasa, sedangkan Ibu Rodiah melabeli produk andalannya sebagai Dodol Bekasi Buni Ayu.
Sebagai pribumi asli Bekasi, sudah banyak yang telah mereka lakukan dan menjadi inspirasi bagi kita semua, yaitu terbantunya tenaga kerja lokal, terdiri warga sekitar. Kedua pengusaha UMKM menebar kebaikan, membantu perekonomian sekitar untuk terus berputar. Apalagi ketika bulan puasa, produksi dodol meningkat.
Sama sama membuat dodol, namun berbeda tempat, meski dalam satu Kabupaten. Dodol Betawi Dewa Rasa berasal dari Kampung Ceger,Desa Sukajaya, Kecamatan Cibitung. Sedangkan Dodol Bekasi Buniayu dari Desa Sukarukun, Kecamatan Sukatani. Baik Dodol Betawi Dewa Rasa ataupun Dodol Bekasi Buniayu, merupakan produk unggulan lokal Kabupaten Bekasi.
Perlu perhatian dari pihak pihak terkait, terutama dari Pemerintah Kabupaten Bekasi, untuk lebih menggaungkan eksitensi dodol, yup paling tidak ketika orang orang berkunjung ke Bekasi, meski singgah sebentar namun masih bisa bawa dodol sebagai oleh oleh, Yuk bisa yuk produl lokal Bekasi di kenal di lingkup nasional maupun global.
Menjaga Kuliner Tradisional Agar Tidak Punah
Nusantara dikenal mempunyai puluhan makanan tradisional, acapkali penganan tersebut merupakan kearifan lokal yang di miliki di daerah tersebut, baik itu bahan baku ataupun cara penyajiannya. Seiring berjalannya waktu serta trend global. Sajian khas Indonesia sedikit demi sedikit kian terkikis.
Anak anak muda mulai mengenal sajian luar yang dikemas dengan cita rasa modern dan juga praktis. Belum lagi trend yang diciptakan mempengaruhi bagaimana kuliner tersebut melesat digandrungi oleh kaum muda. Meski saat ini dodol masih banyak dijumpai, namun untuk ke depannya kita tak akan pernah tahu.
Membuat dodol bagi Pak Marno dan Bu Rodiah bukan semata mata menangguk cuan, lebih dari itu adalah meneruskan tradisi kuliner yang telah dirintis para leluhurnya. Salah satu upaya yang dilakukan Pak Marno adalah memvariasikan rasa dodol. Biasanya rasa dodol hanya itu itu saja.
Namun kini dodol buatan Kampung Ceger telah mulai mengenalkan variasi rasa, dahulu dodol hanya terpaku rasa original. Namun kini dodol buatan Pak Marno dipadukan dengan rasa Strawberry, wijen,durian, ketan hitam, hingga keju. Rasa dodol semakin kaya, namun tak meninggalkan rasa klasik dodol yang legit menggoda.
Menurut pemilik brand Dodol Bekasi Buniayu, resep dodol yang dibuat berdasar racikan yang diajarkan orang tuanya, sejak tahun 1999, Dodol Bekasi Buniayu terus menguatkan eksistensi agar keberadaan dodol sebagai makanan khas di Kabupaten Bekasi tetap ada, meski penganan baru terus bermunculan.
Bahagianya Memasuki Ramadan dan Lebaran
Tak dipungkiri lagi bahwa penjualan terbaik adalah ketika memasuki bulan Ramadan dan juga Lebaran. Biasanya ketika menyambut bulan puasa, kapasitas produksi bertambah, kayu bakar, kelapa, gula merah dan gula putih harus mempunyai stok yang cukup. Bulan Ramadan kemudian Syawal adalah hal yang di nantikan kehadirannya.
Dengan datangnya Ramadan, biasanya tenaga kerja juga ditambah, ini juga menjadi berkah tersendiri, memberdayakan potensi warga sekitar,sehingga ketika saat menyambut Lebaran, keluarga di rumah bisa merayakannya.
Bila dodol Garut di kemas satuan dalam bungkus kertas, lalu dimasukan ke dalam dus. Dodol buatan warga Bekasi, cara pengemasannya adalah, dodol dibentuk silinder, panjang dodol mencapai 30 hingga 45 centimeter, dodol dikemas diplastik, setiap ujungnya di ikat tali agar plastik tidak lepas.
Untuk satu batang dodol dibanderol dengan harga antara Rp 10.000 hingga Rp 13.000. Harganya termasuk murah meriah dan sangat terjangkau. Dodol Dewa Rasa dan Buniayu bisa dibeli langsung ditempat. Atau bisa juga didapat di E-commerse, kalau mau pesan melalui Gofood, Grabfood atau Shopeefood juga tersedia.
Geliat Dodol Bekasi Menuju Pasar Global
Ada beragam kiat agar penjualan meningkat, begitu juga dengan Dodol Betawi Dewa Rasa serta Dodol Bekasi Buniayu. Jangan salah lho Dodol Buniayu pun telah goes internasional. Biasanya melalui promosi "getok uler" kiat marketing dari mulut ke mulut, cara ini cukup efektif mendongkrak penjualan.
Biasanya saudara saudara kita yang bekerja di luar negeri, akan membawa dodol ke mancanegara sebagai oleh oleh, nah disinilah akhirnya dodol buatan Bu Rodiah terbang ke luar negeri, sejauh ini menurutnya, dodol buatan Desa Sukarukun disukai konsumen.
Cita cita Pak Marno patut di apresiasi, ia ingin di satu ketika Dodol Betawi Dewa Rasa dikenal dimancanegara, salah satu upayanya adalah rajin mengikuti bazzar ataupun pameran UMKM, mungkin saat ini belum bisa untuk menuju pasar ekspor, namun Pak Marno berharap, anaknya mampu memasarkan produk hingga ke mancanegara.
Bukan hal yang mustahil sih jika satu ketika dodol dari Kampung Ceger akan menggeliat dan pasarnya menembus batas batas negara.Apalagi saat ini negara sangat mensuport UMKM, baik dari sisi managament dan juga pemasaran, bisa banget Dodol Bekasi lebih dikenal karena saat ini era digital.
Pengusaha UMKM Inspiratif Kabupaten Bekasi
Dengan segala usaha yang dilakukan oleh Pak Marno dan Bu Rodiah, usaha dodol di Bekasi terus bertahan. Bahkan di kampung Ceger dimana Pak Marno berdomisili, kini di kenal sebagai Desa pengrajin dodol. Sepanjang jalan Desa, terlihat para pengrajin dodol, Sosok Pak Marno bukanlah satu satunya orang yang terjun di usaha dodol.
Dodol Betawi Dewa Rasa telah bergiat sejak sejak tahun 1995, sedangkan Dodol Bekasi Buniayu telah eksis 1999. Saat ini mereka telah memetik jerih payah dan kerja keras yang telah dilakukan.Mungkin Kompasianer bertanya apa sih perbedaan Dodol Betawi dan Dodol Bekasi.Secara umum sama persis, perbedaan lebih ke penyebutan nama sebagai merk saja.
Beruntung penulis pernah bertemu dengan dua pengusaha UMKM dari Bekasi, kiprah mereka yang tetap melestarikan kuliner tradisional, patut mendapat apresiasi.Inspirasi bukan melulu datang dari orang orang dengan pencapaian yang mencengangkan, inspirasi juga bisa hadir dari sosok biasa saja, namun mereka mempunyai jiwa enterpreneur yang patut untuk di contoh.