Fix No Debat, Bukber Hemat dan Nikmat Itu di Rumah Bersama Keluarga
Bukber menjadi akronim yang paling sering di ucapkan beragam kalangan saat Ramadan menyapa,buka bareng, berkumpul bersama sama, menyantap penganan ketika masuk waktu Magrib, penanda bagi kaum Muslimin mengakhiri waktu berpuasa. Saat ini bukber menjadi hal yang biasa, seiring berjalannya Ramadan.
Jujurly saya adalah orang yang suka acara acara bukber, baik itu yang berbayar, atau dalam artian, kita bukber, untuk makanan yang kita makan, bayarnya patungan. Atau juga nraktir bukber dengan beberapa teman. Ada juga mendapat undangan bukber, pokoknya mah siap ngumpul dan tak perlu bayar, tinggal makan saja.
Ada perbedaan cukup signifikan ketika mengadakan bukber di luar dan bukber hanya di rumah saja. Jika ditilik, bukber di luar rumah, menunya lebih beragam, selain itu suasana makan pun berbeda, bisa di cafe, hotel ataupun tempat makan aesthetic, bila beruntung, bila bukber yang mengadakanya instansi pemerintah, bisa kesempatan bertemu pejabat sekelas Menteri bukanlah hal yang mustahil.
Bukber akan tetap nikmat, bisa menghemat malah, yang penting tahu kuncian menu menggugah selera untuk berbuka, tanpa perlu memaksakan menu berbuka dengan yang mahal, setiap orang mempunyai sudut pandang yang relatif untuk disebut mahal. Namun percaya deh, sesering apapun bukber di ikuti, bukber di rumah selalu istimewa.
Makanan Rumah Memang Ngangenin
Satu hal yang membuat kangen itu suasana rumah dengan menu bukbernya dong. Tahun ini kebetulan lebih banyak waktu untuk berbuka bersama keluarga. Meski menyajikan menu dengan yang biasa biasa saja, namun tetap terasa nikmat, entahlah ini efek seharian perut kosong, jadi ketika menyantap makanan, apapun hidangannya tetap terasa nikmat.
Bila berkumpul dan buka bersama, di awali doa berbuka puasa, nasi putih hangat, sayur dengan variasi menu telur ataupun daging, di tambah sambal plus lalapan, menjadikan bukber serasa istimewa. Jika Kompasianer mempunyai keluarga yang masih utuh, plis jadikan Ramadan menjadi titik awal, keluarga itu penting banget dalam kehidupan kita.
Namun sayang, rasanya Ramadan tahun terlalu cepat berlalu, rasanya baru kemarin berbuka meminum es kelapa, baru saja menikmati cah kangkung bersama goreng tempe, dengan cocolan sambal cabai merah. Waktu terasa singkat, tahu tahu sudah di ujung Ramadan saja. Semoga berkah di dapat.
Untuk urusan bukber, rumah adalah tempat terbaik.Jika bukber di resto atau cafe, selalu terburu buru untuk mengerjakan sholat Magrib, mengingat waktu Magrib relatif pendek. Belum lagi menu pesanan terkadang lambat untuk tersaji, mengingat banyaknya pesanan dalam waktu bersamaan.
Buka di rumah lebih santai, rilek dan tidak tergesa, akses untuk melaksanakan Magrib juga telah terprediksi, jarak makan dan menuju masjid bisa dilampaui,mengingat hampir setiap hari ritme buka puasa seperti itu. Rumah menurut saya adalah tempat ternyaman untuk berbuka, fix itu fakta dan no debat ya hihi.
Untuk bicara hemat hematan, so pasti buka di rumah jauh lebih hemat, dengan uang lima puluh ribu, paling tidak bisa masak sendiri. Makan pun rame rame dan alhamdulillah selama bulan puasa, baik itu saa berbuka dan sahur, karena masak sendiri,secara higienis masakan juga lebih tahu. Ya Allah semoga Engkau menyampaikan umur kami hingga Ramadan berikutnya.
Reunian Sambil Bukber Bukan Adu Outfit
Sering heran dan timeline di media sosial yang menceritakan bahwa reunian di saat bukber itu begitu menyiksa? Apa benar begitu ya. Cerita reuni yang menyesakan, ada yang merasa menyesal karena reuni sambil bukber, malah adu outfit dan pencapaian. Malah kemudian mereka lupa akan hakekat berkumpul, yakni menjalin silahturahmi.
Beberapa kali mengadakan bukber bersama teman teman sekolah, entah itu SD,SMP atau SMA, beruntung banget bisa menghindari obrolan yang nyerempet nyerempet pencapaian masa kini.Saya tahu ada beberapa dari mereka memiliki pencapaian luar biasa di hidupnya.
Namun ternyata yang di obrolkan adalah saat saat konyol berseragam putih abu abu, kenakalan saat modus kabur saat menghadapi mata pelajaran yang bikin gerah baju seragam. Tak ada olok olok kepada teman yang secara ekonomi di bawah, semua bergembira dan semua hepi.
Saya kadang tidak percaya, ada yang merasa minder ketika harus bukber dan reunian bersama teman satu angkatan. Tapi memang presepsi orang selalu berbeda. Beruntung punya teman seangkatan masa menempuh pendidikan, rata rata satu frekwensi, soal ngumpul ayo saja, karena tak ada yang terluka saat bukber, percaya deh.
Gagal Bukber di Istiqalal Gara gara Kehabisan Nasi Kotak
Ada kejadian menggelitik yang baru saja dialami saat berada di Masjid. Sebenarnya saya sudah berada di Istiqlal jam 2 siang,kebetulan saat itu ada kajian. Nah setelah Ashar keliling deh ke areal luar masjid. Ada antrian ternyata, nggak tahu antrian apa. Lalu kembali ke dalam masjid.
Semakin mendekati waktu Magrib, ruang utama Istiqlal masih sepi sepi aja. Kumpulan jammah ternyata berada di sebelah belakang ruang utama. Ternyata di situlah pembagian nasi kotaknya. Karena terhitung telat datang, panitia hanya membagikan air mineral.
Untuk menu berbuka berupa nasi kotak, jatahnya sudah habis, yang datang belakangan tidak kebagian menu berbuka berupa sajian nasi kotak. Bukan rezekinya mungkin, saya pikir stok berbuka di masjid Istiqlal itu unlimited, berapa pun jamaah yang datang akan cukup. Ternyata ngalamin menu berbukanya malah kehabisan, hehehe.
Tapi secara umum, vibes puasa di Istiqlal terasa banget deh, semoga tahun depan bisa menyambangi Masjid kebanggaan bangsa Indonesia. Apalagi akses Masjid Istiqlal dengan transportasi publik, seperti Trans Jakarta dan Commuter Line, dekat sekali dan menuju ke Istiqlal ada JPO yang sangat bersahabat dengan pejalan kaki.