Tinggal di Bekasi Timur, Pelajar masbuk, dalam upaya meninggalkan dunia hitam penghitung dan penikmat riba, Relawan Literasi Kota Bekasi
Amat Belum Terbiasa Rajin
Amat celingukan di area kamar mandi musola. Pandangan matanya berkeliling mencari sapu lidi untuk menyapu halaman. Sudah berulang kali pandangan matanya diedarkan ke sekeliling ruangan, tapi yang dicari tidak juga nampak.
Dengan lesu, Amat kemudian berjalan kembali ke arah selasar. Halaman musola sudah sepi. Hanya ada Imat dan Haji Murat yang tampak di sana. Amat segera memberi laporan, "Sapunya gak ada, Pak Haji! Kayaknya mesti beli yang baru, deh!"
Haji Murat menoleh ke arah Amat lalu berkata, "Bukannya gak ada, ente aja yang salah nyarinya!"
"Salah nyarinya? Salah bagaimana, Pak Haji?" Amat tampak tidak mengerti apa dimaksudkan Haji Murat.
"Tadi ente nyarinya di mana?" Haji Murat balik bertanya.
"Di kamar mandi, Pak Haji" jawab Amat.
"Nah, itu die." Haji Murat kemudian berpaling ke arah Imat, "Im, ente biasanya nyimpen sapu lidi, di mana?"
Imat yang baru selesai menyapu halaman musola menjawab, "Di samping musola, Pak Haji. Dekat pot tanaman".
Amat melongo. Lha, ternyata bukan disimpan di sekitar kamar mandi! "Tempat baru, Im?" tanya Amat "Kok, gak bilang-bilang, sih?"
Imat cuma nyengir. Maunya sih, menampik pernyataan-pertanyaan si Amat, karena sebenarnya sudah sejak lama Imat menyimpan sapu lidi di sana, tapi Imat khawatir nanti Pak Haji Murat jadi marah kepada Amat.