Try Raharjo
Try Raharjo Foto/Videografer

Subscribe ya dan like channel YouTube punyaku youtube.com/c/indonesiabagus

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Catatan Hikmah dari Salat Id di Masjid Agung Baitussalam Purwokerto

3 Mei 2022   21:47 Diperbarui: 5 Mei 2022   11:44 2217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Catatan Hikmah dari Salat Id di Masjid Agung Baitussalam Purwokerto
Dr. Muhammad Sofwan Mubarir, M.A. menyampaikan khutbah Idul Fitri di Masjid Agung Baitussalam Purwokerto. | Dokpri 


 

Setelah melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadan, pada tanggal 1 Syawal 1443 H, yang bertepatan dengan tanggal 2 Mei 2022 kemarin, umat Islam merayakan Idul Fitri. 

Sebagai bagian dari rangkaian ibadah pada hari kemenangan setelah berpuasa sebulan penuh, umat Islam kembali ke fitri. Pada hari raya tersebut umat Islam merayakannya dengan melaksanakan salat Idul Fitri atau disebut juga dengan salat Id.

Untuk pelaksanaan kegiatan ibadah salat Idul Fitri di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kasi Bimas Islam Kantor Kemenag Kabupaten Banyumas Afifudin Idrus mengatakan ada sebanyak 1.996 lokasi pelaksanaan salat Idul Fitri 1443 H di seluruh Kabupaten Banyumas.

"Totalnya ada 1.996 lokasi pelaksanaan salat Idul Fitri 1443 H di Kabupaten Banyumas, di antaranya berlokasi di masjid, musala dan tempat umum lainnya," katanya, seperti dikutip dari Antara.

Pelaksanaan salat Idul Fitri di Kabupaten Banyumas dilaksanakan antara lain di Masjid Agung Baitussalam Purwokerto, area parkir Menara Teratai, halaman GOR Satria, Andhang Pangrenan, halaman markas Kodim 0701 Banyumas, halaman Masjid 17, dan sejumlah tempat lainnya. Rata-rata yang digunakan oleh masyarakat adalah masjid, musala dan lapangan desa namun ada juga yang melaksanakannya di halaman sekolah.

Ketua Tim Penyelenggara Salat Idul Fitri Masjid Agung Baitussalam Purwokerto Dr. Ir. Sakuri Dahlan, M.T. dalam keterangannya menyebutkan bahwa mengacu pada Surat Edaran Menteri Agama No. 8 Tahun 2022 tentang panduan Penyelenggaraan Ibadah Bulan Ramadan dan Idul Fitri 1443 H / 2022 M, pada poin 12 disebutkan bahwa pelaksanaan salat Idul Fitri dapat dilaksanakan di masjid atau di lapangan terbuka.

Kemudian mengacu pada Fatwa MUI terkait Pelaksanaan Ibadah dalam Masa Pandemi bernomor Kep-28/ DP-MUI/III /2022, tertuang di antaranya umat Islam boleh menyelenggarakan aktivitas ibadah yang melibatkan orang banyak seperti salat Id di masjid dengan tetap menjaga diri agar tidak terpapar Covid-19. 

Untuk pelaksanaan ibadah salat Idul Fitri di Masjid Agung Baitussalam Purwokerto, kegiatan telah terselenggara dengan tertib dan khidmat mulai pukul 06.30 WIB sampai dengan selesai.

Bertindak selaku imam dan khatib adalah Dr. Muhammad Sofwan Mubarir, M.A. pengasuh Pondok Pesantren Darul Qur'an Al Kareem Baturraden Banyumas yang juga dosen Universitas Negeri Islam Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto.

Mengingat pandemi belum sepenuhnya berakhir, pelaksanaan ibadah diikuti dengan imbauan dari panitia shalat Idul Fitri kepada jamaah untuk tetap menjaga disiplin protokol kesehatan dan memastikan kondisinya dalam keadaan sehat. 

Jamaah juga diimbau untuk membawa alat ibadah masing-masing, mencuci tangan dengan sabun, dan memakai masker. Namun demikian, Dr. Ir. Sakuri Dahlan, M.T. mengakui bahwa dengan melihat perkembangan kondisi terakhir maka ketentuan protokol kesehatan saat pelaksanaan ibadah shalat Idul Fitri di Masjid Agung Baitussalam Purwokerto pada tahun ini tidak seketat tahun lalu.

"Di Kabupaten Banyumas ini terdapat 27 kecamatan, 30 kelurahan dan 301 desa. Hampir seluruh wilayah mendapat rekomendasi untuk pelaksanaan salat Idul Fitri, termasuk Masjid Agung Baitussalam Purwokerto," tambahnya.

Berikut ini adalah video rekaman suasana di lingkungan Masjid Agung Baitussalam Purwokerto menjelang tiba waktu salat Idul Fitri, pelaksanaan salat Idul Fitri, dan khutbah Idul Fitri yang disampaikan oleh Dr. Muhammad Sofwan Mubarir, M.A.


Seluruh elemen berperan serta menjaga keamanan dan ketertiban umum

Untuk menjamin terselenggaranya kegiatan ibadah dengan baik, Polresta Banyumas menerjunkan 639 personel untuk pengamanan arus mudik dan Lebaran. Sementara itu Dinas Perhubungan (Dinhub) Kabupaten Banyumas menyiapkan jalur alternatif untuk mengantisipasi lonjakan arus mudik yang melewati daerah.

Aparat keamanan menjaga lokasi ibadah di kawasan Masjid Agung Baitussalam Purwokerto. | Dokpri 
Aparat keamanan menjaga lokasi ibadah di kawasan Masjid Agung Baitussalam Purwokerto. | Dokpri 

"Seperti diketahui, pemerintah telah mengizinkan masyarakat untuk melaksanakan mudik pada Lebaran 2022, meskipun dengan beberapa persyaratan. Oleh karena itu, kami menyiapkan sejumlah upaya untuk mengantisipasi lonjakan arus mudik," kata Kepala Dinhub Kabupaten Banyumas Agus Nur Hadie, seperti dilaporkan oleh Antara.

Berkat kerjasama semua pihak suasana Idul Fitri di Kabupaten Banyumas berlangsung cukup tertib dan kondusif.

Keamanan dan ketertiban selama pelaksanaan kegiatan ibadah shalat Idul Fitri di Kabupaten Banyumas tidak lepas dari peran serta seluruh elemen masyarakat yang ada di wilayah tersebut.

Satu di antara sekian banyak elemen masyarakat yang terlibat dalam kegiatan perayaan hari besar tersebut adalah Paguyuban Lintas Iman Purwokerto.

Seperti telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya, komunitas yang terdiri atas ratusan relawan umat beragama Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu turut berperan serta menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan tempat pelaksanaan kegiatan ibadah salat Idul Fitri.

Yunanto salah seorang koordinator Paguyuban Lintas Iman Purwokerto tahun ini yang saya temui seusai bertugas di lingkungan Masjid Agung Baitussalam Purwokerto mengatakan bahwa untuk perayaan Idul Fitri tahun ini pihaknya  menempatkan relawan pada sebanyak 15 titik penjagaan.

"Semua lancar dan terkendali. Kami bekerja sama dengan aparat keamanan," katanya.

Ust. H. Sudarman, S.Ag. mewakili Takmir dan pengurus Yayasan Masjid Agung Baitussalam Purwokerto mengapresiasi kehadiran para relawan yang berperan serta dan terlibat langsung dalam menjaga keamanan dan ketertiban umum di lingkungan Masjid Agung Baitussalam Purwokerto.


Ust. H. Sudarman, S.Ag. (keempat dari kiri di barisan depan) bersama relawan Aliansi Lintas Iman. | Dokpri 
Ust. H. Sudarman, S.Ag. (keempat dari kiri di barisan depan) bersama relawan Aliansi Lintas Iman. | Dokpri 

"Kita harus bersatu dan kompak semuanya sebangsa dan setanah air antara sesama umat Islam, dan antara umat beragama lain, sebagai warga negara Indonesia," ujarnya.

"Kita berbeda-beda. Yang Islam beribadah di Masjid, yang Kristiani di Gereja, yang Hindu di Pura, yang Konghucu di Klenteng, tapi keluar dari tempat ibadah, kita bekerja ramai-ramai, sama-sama untuk NKRI," tambahnya.

Berikut ini adalah video rekaman wawancara saya dengan Ust. H. Sudarman, S.Ag. dan relawan Paguyuban Lintas Iman Purwokerto.


Catatan hikmah dari pelaksanaan salat Idul Fitri

Yang dilakukan oleh warga masyarakat pada umumnya dan umat non Islam pada khususnya, dengan berperan serta menjaga keamanan, kelancaran, dan ketertiban umum saat hari besar keagamaan, seperti yang dilakukan oleh Paguyuban Lintas Iman, dan juga yang dilakukan oleh Banser, ORARI, atau organisasi massa lainnya adalah bentuk kepedulian dan kesadaran seluruh elemen masyarakat dalam menjaga persaudaraan di antara sesama warga negara.

Kerukunan di antara umat beragama di negara kita harus terus terjaga, terlebih pada era keterbukaan informasi masa kini ketika paham dan kepentingan politik sangat mudah disebarkan melalui media sosial dalam berbagai bentuk.

Semua elemen bangsa harus selalu memahami kerawanan yang dapat timbul dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita, waspada pada bahaya laten paham dari luar yang ingin merusak persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia demi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

Jangan sampai demokrasi yang kita bangun bersama ini dilaksanakan berlebihan seenak sendiri tanpa memperhatikan hak dan kewajiban di antara sesama warga negara, menyimpang dari falsafah hidup kita yaitu Pancasila, dan keluar dari dasar hukum kita yaitu UUD 1945.

Hal tersebut dapat diwujudkan bila kita semua bersedia saling menghormati, saling menghargai, dan mau bekerja sama membangun rasa persaudaraan di antara sesama warga negara Indonesia yang terdiri dari ribuan suku bangsa dengan agama dan kepercayaan serta adat istiadat dan tradisi yang berbeda-beda. 

Hal ini adalah benar sudah dipahami oleh bangsa Indonesia, paling tidak sejak masa didirikannya Candi Borobudur yang dibangun oleh umat Buddha Mahayana dengan dibantu oleh umat Hindu Siwa.

Seperti telah diketahui, sejarah mencatat bahwa pada masa itu Raja Samaratungga menikahkan Putri Mahkota Pramodawardhani yang beragama Buddha dengan Rakai Pikatan yang beragama Hindu. Pernikahan keduanya adalah momen yang menjadi tanda bersatunya wangsa Syailendra (Buddha) dan wangsa Sanjaya (Hindu) yang sebelumnya saling bersaing (Baca Kompas).

"Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa".

Kalimat di atas artinya "Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecahbelahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran".

Demikian dicatat oleh Mpu Tantular pada kitab Sutasoma di pupuh 139 bait 5 untuk menunjukkan rasa persaudaraan antar umat beragama yang dianut oleh pemeluk agama Hindu dan Buddha. 

Tugas kita sekarang adalah melanjutkan dan melestarikan warisan leluhur kita yaitu berupa semangat kebersamaan untuk bersatu, bekerja sama menjaga perdamaian di bumi Nusantara yang indah ini.

Selamat Idul Fitri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun