Dosen Umsida Jelaskan Puasa Sebagai Ekspresi Kemanusiaan
Aktivitas berpuasa yang dilakukan oleh seorang Mukmin adalah bukti kemampuan manusia untuk tidak mengikuti hawa nafsunya. Saat dia lapar dan dahaga, tidak langsung kemudian memilih untuk makan dan minum. Bahkan menahannya. Lebih jauh, memilih untuk melakukan refleksi atas penderitaan orang lain dalam bentuk simpati dan empati terhadap sesama yang kurang beruntung yang kemudian mewujudkan tindakan berbagi atau bersedekah. Secara keseluruhan tindakan ini merupakan ekspresi seorang menusia untuk mengikuti petunjuk sang Ilahi.
Nabi Muhammad SAW mengingatkan umatnya untuk berpuasa sebagai ekspresi kemanusian. Termasuk sebagai ungkapan perayaan dalam Islam. Perayaan dalam hal ini bermakna menyambut, membesarkan, mengagungkan, merayakan. Seperti halnya puasa Ramadan adalah perayaan karena menyambut bulan suci-mulia, rahmat, pengampunan dosa. Seperti halnya puasa 10 Muharam yang merayakan saat umat Nabi Musa bebas dari Firaun, Nabi Yunus keluar dari mulut ikan, Nabi Adam bertemu Siti Hawa, dan seterusnya. Demikian halnya dengan Nabi Muhammad SAW yang merayakan hari Senin dengan berpuasa karena menjadi hari kelahiran Beliau.
Nabi Muhammad merayakan hari lahirnya dengan puasa setiap hari Senin. "Sesungguhnya aku dilahirkan pada hari Senin, dan pada hari Senin pula diturunkan wahyu kepadaku." Nabi merayakan hari lahirnya dengan puasa, bukan dengan makan-makan atau pesta pora, tetapi dengan puasa.
Banyak puasa dalam Islam adalah untuk perayaan yang secara spiritual mendekatkan diri kepada Allah, meski pula ada juga perayaan dengan jamuan yang sifatnya kultural (hablunminannas) seperti pernikahan, akikah, khitanan, dan sebagainya.
Penulis: Kumara Adji Kusuma
Sumber: PWMU.CO