Suka nulis, suka baca buku, suka makan, suka jalan-jalan. Pemilik website : https://wiwidstory.com
Nostalgia Ramadan Saat Masih Kecil
Mengingat masa kecil itu sangat menyenangkan. Kebetulan saya termasuk gen-X, yang pasti saat kecil dulu nggak ada gadget yang mengalihkan dari dunia bermain. Televisi saja waktu itu belum full 24 jam tayang.
Kesan saya dengan bulan Ramadan saat itu, bulan ini sangat berbeda. Kampung saya terasa lebih hidup. Dari jam 2 dini hari, masjid dan surau di sekita rumah sudah ramai dengan suara petugas masjid yang membangukan kami untuk masak dan sahur. Apalagi saat kecil hingga remaja saya tinggal di Yogyakarta, di mana jadwal sholat tentu lebih cepat dibandingkan di Kepulauan Riau (tempat saya tingal sekarang).
Yang tak terlupakan sampai sekarang adalah momen-momen sebelum Ramadan. Biasanya di kampung kami kalau bulan Ruwah (Kalau islam=Sya'ban) itu satu bulan full akan ada kenduri berjadwal satu kampung. Misalkan hari ini di rumah A, besok di rumah B, besoknya lagi di rumah C). Bahkan kadang satu hari bisa dua kali jadwalnya, ada yang dijawal ba'da magrib dan ba'da Isya. Kebetulan kampung kami sangat luas, maka kemudian dibagi 2 bagian. Kampung lor dan Kampung kidul.
Momen bulan Ruwah ini biasanya momen di mana setiap keluarga mengirim doa kepada sanak keluarga yang sudah meninggal. Jadi setiap ketempatan mendoa, satu bagian kampung kidul baik kepala keluaga maupun anaknya yang sudah remaja yang biasa kami sebut pemuda akan berkumpul di rumah. Senang sekali melhat keramaian di rumah yang di luar biasanya.
Lebih senang lagi saat itu, ibu akan memasak nasi gurih, ayam peyek, dan kue kue lainnya untuk dijadikan nasi berkat dan dibawa tetangga yang datang ikut mendoa.
Yang lebih menyenangkan lagi, saat itu listrik baru masuk ke kampung pada tahun 1988. Nah, ketika listrik belum masuk ini, maka setiapa ada acara kenduri maka kami menggunakan lampu petromaks yang bahan bakarnya spritus. Rasanya menggelar tikar di bagian rumah yang luas, diterangi lampu petromaks, seperti sudah mewah sekali. Rasanya begitu membahagiakan.
Bulan ruwah ini bulan dimana ibu mendapatkannasi yang berlimpah. Tapi tentu saja tak dibuang begitu saja. Nasi yang tidak habis kami santap tersebut ibu buat menjadi "lempeng" ( sejenis kerupuk dari nasi). Dengan semaraknya momen sebelum bulan Ramadan ini, membuat saya sangat begitu antusias dan bahagia menyambut bulan Ramadan.
Hal-Hal yang Tak Terlupakan Saat Ramadan
Hidup di kampung di mana zaman tidak ada gadget justru membuat kami lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya. Tak peduli laki ataupun perempuan kami bermain bersama. Nah, inilah hal-hal yang terjadi pada Ramadan saya puluhan tahun silam
1. Ngabuburit di Mushola
Waktu kecil kami ngabuburitnya di mushola, sambil belajar bacaan sholat, mengaji Iqro dan lain sebagainya. Setelah itu kami berbuka puasa bersama. Waktu itu tak ada sajian kue-kue jajanan pasar, hanya segelas teh dan nasi lauk pauk yang dibungkus daun. Hal itu sudah membuat kami bahagia dan semakin bersemangat.
2. Main Mercon Bumbung
Jika sekarang ingin menghidupkan mercon tinggal beli saja, tidak dengan kami. Selain uang memang tidak ada untuk membeli mercon, dan juga harus ke pasar maka kakak saya yang paling tua membuat mercon bumbung. Biasanya kami hidupkan di malam hari setelah salat Tarawih. Setiap berhasil mendapatkan suara yang membumbung kami sudah merasa bahagia sekali.