Papajar, Tradisi Menyambut Bulan Ramadan Itu Masih Ada
Saya mulai tulisan ini dengan kisah masa kecil dulu. Waktu itu saya tinggal di sebuah kampung yang ada di wilayah kabupaten Cianjur.
Saya masih ingat bahwa saat itu setiap menjelang bulan Ramadan (bulan puasa), orang-orang akan sibuk merayakan tradisi Papajar. Ketika mengobrol atau berpapasan di jalan misalnya, tak jarang orang-orang saling bertanya, “Geus Papajar can euy?” (Sudah Papajar belum?).
Apa itu Papajar? Papajar adalah sebuah tradisi khas masyarakat yang ada di daerah Cianjur dan sekitarnya (mungkin ada juga di beberapa daerah yang masuk wilayah Priangan Barat seperti Sukabumi misalnya) setiap menjelang bulan Ramadan.
Papajar bisa dimaknai sebagai sebuah ekspresi kegembiraan orang-orang dalam menyambut bulan suci Ramadan. Di balik itu, dalam Papajar juga terkandung niali-nilai silaturahmi.
Bentuk kegiatan tradisi Papajar adalah melakukan kegiatan makan-makan yang dilakukan secara bersama-sama. Baik dengan anggota keluarga, teman, tetangga, atau siapa saja. Kegiatan ini dilakukan di tempat wisata yang cukup jauh atau tempat lain yang luas/lapang tak jauh dari tempat tinggal mereka.
Tradisi Papajar ini biasanya dilaksanakan mulai setelah pertengahan bulan Sya’ban sampai H min satu bulan Ramadan. Akan tetapi puncak pelaksanaan Papajar biasanya 1-7 hari sebelum bulan Ramadan.
Saya masih ingat persis saat itu, orang-orang yang akan melakukan Papajar berseliweran secara berkelompok menuju tempat Papajar. Mereka membawa perbekalan berupa nasi dan lauk pauknya.
Tapi banyak juga saat itu orang-orang yang akan melakukan Papajar dengan naik mobil truk bak terbuka. Mereka menyewa mobil truk bak terbuka karena mereka akan melakukan Papajar ke tempat yang lokasinya cukup jauh.
Ada beberapa alasan mengapa orang-orang saat itu naik mobil truk bak terbuka untuk pergi tempat Papajar, bukan naik mobil tertutup?
Alasan pertama, saat itu orang yang memiliki mobil tertutup sangat terbatas, hanya beberapa gelintir saja.