Meningkatkan 3 Imunitas Diri di Ramadan 2020
Doa-doa terus menggema di seantero rumah meski ibadah di masjid kini dibatasi. Harapan agar pandemi segera berlalu dan aktivitas kembali normal seperti biasa adalah munajat tertinggi setiap diri untuk menghilangkan segala duka dan musibah yang terjadi.
Itulah gambaran ibadah yang dilakukan masyarakat kampung dan kota dalam menyikapi ujian selama Ramadan 2020. Â Hal yang tidak diduga sebelumnya akan terjadi membuat kaget individu dan masyarakat. Kita dibuat takut, cemas, gelisah dan susah akan berita-berita yang setiap hari menggambarkan peningkatan jumlah pasien dan angka kematian akibat covid-19.
Selain itu, pelabelan terhadap individu yang diduga terindikasi atau tertular virus corona juga membuat kita paranoid. Istilah ODP (orang dalam pengawasan) dan PDP (pasien dalam pemantauan) seolah membuat rekatan sosial menjadi pupus dan luntur. Ada sebagian dari kita yang menolaknya untuk tidak berdekatan dalam satu pemukiman, tetapi ada juga yang menggunakan cara persuasif dengan menjauhi bahkan mengusir warga yang positif Covid 19.
Pemerintah sebagai tameng masyarakat memilih cara preventif dan promotif kepada masyarakat untuk diberikan pendidikan tentang masalah yang terjadi, bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberi panduan agar ibadah untuk sementara waktu tidak dilakukan di masjid melainkan hanya di rumah. Akan tetapi himbauan itu tidak sepenuhnya diterima, ada sebagian yang tidak mentaati dengan tetap melaksanakan taraweh di masjid, begitu juga dengan ketidaktaatan penggunaan masker selama pandemi.
Bagaimana Menyikapinya ?
Ramadan yang merupakan madrasah dan tarbiyah bagi kaum muslimin sejatinya harus berkorelasi pada perbaikan akhlak sosial di tengah masyarakat. Kita diajarkan disiplin dan patuh dalam menjalani ibadah puasa dengan tujuan melatih kesabaran, keikhlasan dan kekuatan dalam menjalani proses kehidupan. Harusnya kebaikan-kebaikan yang ada dalam pendidikan Ramadan bisa menjelma dalam kehidupan individu dan sosial bukan sebaliknya apatis atau tidak adanya peningkatan kualitas akhlak pasca Ramadan.
Untuk menjauhi kegersangan sosial tersebut, kita butuh imunitas dalam menjaga diri agar terhindar dari keburukan akhlak yang dapat membawa mudarat. Imunitas tidak hanya diperlukan oleh tubuh untuk kebal terhadap gangguan yang masuk tetapi bisa menjadi pelindung dari marabahaya yang setiap saat datang dan pergi. Imunitas itu adalah konsekuensi dari ibadah-ibadah yang kita lakukan selama Ramadan dan setelah Ramadan berakhir. Inilah harapan utama kaum muslimin agar diakhir Ramadan dapat meraih gelar takwa layaknya bayi yang baru dilahirkan.
Ada 3 imunitas diri yang bisa menjadi penguat selama Ramadan 2020 untuk bisa diraih oleh kaum muslimin ;
Pertama, mempertebal keimanan. Cara ini bisa dilakukan dengan merasakan kedekatan antara hamba dan Rabb selama ibadah Ramadan dengan ibadah-ibadah yang kita lakukan. Kita harus merasakan bahwa pengawasan Allah SWT senantiasa ada dan menjadi pelindung sebelum kita melakukan kegiatan munkar. Iman itu kata Nabi Muhammad SAW kadang naik juga turun, kita bisa mensiasati dengan tetap melakukan kebaikan meski tidak bisa dipungkiri bahwa kita juga kadang terjerumus dalam ketidakbaikan. Maka konsep muraqabatullah (selalu diawasi Allah SWT) menjadi cara kita untuk mempertebal keimanan selama Ramadan dan pasca Ramadan.