Kisah Persahabatan Beda Keyakinan
Menjelang bulan Ramadan, pasti banyak persiapan yang dilakukan bagi mereka yang akan beribadah puasa. Persiapan mental, spiritual maupun fisik.
Saya merasakan kehidupan spiritual di bulan Ramadan ini sangat spesial bagi saya yang tidak berpuasa. Meskipun tak berpuasa secara agama Islam, tapi saya merasakan bagaimana puasa dengan cara Kristen.
Di bulan Ramadan yang penuh berkah ini ternyata ada keindahan yang tak pernah saya duga sebelumnya, perayaan besar umat Kristen dan umat Islam jatuh bersamaan.
Kami umat Kristen sebulan yang lalu juga sudah mulai memasuki minggu Advent hingga jelang tanggal 6 April adalah Kamis Putih, 7 April adalah Jumat Agung dan 9 April adalah Paska.
Dalam bulan yang penuh dengan perayaan besar, baik umat Islam dan Kristen punya pengalaman dan makna mengenai puasa. Kami ,umat Kristen berpuasa sejak bulan Maret, pra paska, sedangkan umat umat Muslim puasa sejak minggu ketiga bulan Maret.
Pengenalan puasa itu bukan sekedar dari sisi masing-masing tetapi dari perspektif kedua belah pihak. Hal ini saya lihat sendiri melalui sebuah pengalaman kesaksian teman kami , GKI di Mojokerto.
Program yang mereka adakan adalah disebut "Buka Bersama". Anak-anak muda dari Gusdurian di Mojokerto bersama anak muda GKI Mojokerto melakukan kegiatan bersama-sama.
Awalnya mereka membagikan takjil kepada orang-orang yang melewati depan Gereja GKI Mojokerto. Setelah itu mereka buka bersama di salah satu ruang di Gereja . Menu yang dihidangkan adalah soto. Nikmat sekali rasa soto dan kebersamaan.
Selesai buka bersama, mereka diberikan kesempatan untuk salat magrib di salah satu ruang gereja . Dilanjutkan dengan dialog tentang Puasa Umat Islam dan Puasa Umat Kristen dari masing-masing narasumber.
Judul yang sangat menarik perhatian bagi anak-anak yang muda yang hadir. Setelah mendengar pemaparan dari masing-masing narasumber, para peserta bisa mengenal dan memahami makna puasa agama lain dari perspektif agama masing-masing, Islam dan Kristen.
Diakhiri dengan lagu-lagu Islam dan doa masing-masing , semua peserta mendapatkan "insight" baru.
Sambutan dari peserta sangat inspiratif, mereka baru mengerti ternyata orang Kristen juga puasa, puasanya beda dan apa maknanya.
Demikian juga peserta Kristen pun bisa memaknai puasa Islam dengan lebih dalam sesuai ajaran Islam dengan perspektif Kristen.
Akhirnya mereka sepakat bahwa "kami beda tapi kami mengenal perbedaan itu lebih baik dan menyatukan perbedaan dalam persatuan", begitu kesimpulan dialog yang mencerahkan .
Kisahku:
Saya punya seorang sahabat , sebutlah Ibu Yanti. Kami bersahabat sejak lama saat kami masing-masing bekerja di institusi yang berbeda. Agama kami pun berbeda, Yanti beragama islam dan saya Kristen. Tapi kami tetap bersahabat tanpa melihat perbedaan agama .
Kami saling mengasihi . Saat sahabat saya sakit operasi empedu dan komplikasi berat, saya selalu datang ke rumah sakit untuk menjenguknya dan memberikan penghiburan Juga saat sahabat saya kehilangan anaknya terkecil karena kecelakaan lalu lintas, saya datang ke rumah Dina sebelum acara tahlilan.
Saat anak kami masih di bangku SMA, kami pernah bersama-sama berwisata ke Bali. Dari perencanaan hingga jalan-jalan wisata di Bali, selalu bersama-sama bagaikan keluarga besar. Tak pernah ketinggalan Yanti juga mengajak kakak dan anak-anaknya untuk ikut bersama kami. Wah, menyenangkan untuk wisata dari keluarga kecil jadi keluarga besar bersama.
Demikian juga sahabat saya Yanti, selalu menaruh perhatian kepada saya. Kesulitan apa yang dihadapi saya, selalu diperhatikan.
Di bulan Tri Suci, Yanti selalu tidak lupa mengirimkan ucapan "Selamat Hari Tri Suci". hubungan yang sangat dekat ini membuat kami saling mengasihi dan membantu satu sama lain.
Secara universal, persahabatan manusia yang berbeda keyakinan tak memisahkan tetapi saling menguatkan dan mengasihi dengan kasih sejati.