RAMADAN

3 SEDEKAH YANG PALING UTAMA

8 Mei 2020   03:35 Diperbarui: 8 Mei 2020   03:46 3464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 SEDEKAH YANG PALING UTAMA
voa.islam

Manakah sedekah yang paling utama? Di antara sebab dilipatgandakannya amal ibadah seseorang adalah karena kemuliaan waktu melaksanakannya, yaitu sedekah pada bulan Ramadan. Karena itu, dalam sebuah hadis riwayat Imam Turmudzi, ketika Rasulullah SAW ditanya, "Sedekah yang bagaimana yang paling utama?" Rasulullah SAW menjawab,"Sedekah yang dilakukan pada bulan Ramadan."

Lantas, kepada siapakah yang paling utama menerima sedekah kita?

1. Sedekah jariah

Seperti yang tertulis dalam Hadist Riwayat Muslim, "Rasulullah bersabda, Jika seorang anak Adam meninggal, maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga hal, sedekah jariyah, ilmu yang manfaat, dan anak (sholeh) yang mendoakan orangtuanya."

Misalnya, setelah shalat saya sempatkan untuk mendoakan orang tua saya baik yang masih hidup maupun yang telah wafat, termasuk mengingat dan mendoakan guru-guru yang telah berjasa kepada saya. Ilmu dari mereka adalah bekal saya dalam mengajar di sekolah. Semoga pahala amal jariah tetap mengalir kepada mereka.

Ketika kita rasa orangtua kita telah hidup layak, mungkin kita berpikir tidak perlu bersedekah kepada orang tua. Karenanya, sedekah tidak hanya berupa materi. Bahkan senyum yang tulus merupakan suatu sedekah. Kemudian, bahasa tubuh yang baik juga sedekah, tatakrama atau sopan santun juga merupakan sedekah.

Orangtua kita mungkin tidak perlu materi dari kita namun ketika tua, perhatian seorang anak sangat diperlukan oleh orangtua. Bahkan orangtua kita jauh lebih memerlukan senyum tulus, bahasa tubuh yang baik, sopan santun, tutur kata yang lemah lembut, perhatian, menjadi pendengar dan teman bercerita yang menyenangkan dibandingkan materi.

2. Sedekah sembunyi-sembunyi.

Surat Al-Baqarah Ayat 262 Allah berfirman, "Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti perasaan (si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Allah."

Selain itu, Allah juga menegaskan firman-Nya dalam Al-Baqarah Ayat 264 bagi orang yang memamerkan amalan sedekahnya. Allah berfirman, " Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan (si penerima)."

Saya membayangkan betapa menyakitkannya apabila ada orang yang selalu mengungkit-ungkit jasa dan pemberiannya kepada saya. Karena itulah saya tidak akan melakukannya sebagaimana saya tidak ingin mengalaminya. Hikmah menyembunyikan sedekah adalah menjaga harga diri mereka. Mereka tidak ingin menjadi peminta-minta sehingga sungkan untuk meminta bantuan hatta kepada kerabat atau tetangga terdekat. Selain itu, menyembunyikan sedekah akan menghindarkan diri kita dari riya', sombong, dan merasa paling berjasa dalam kehidupan orang lain.

3. Sedekah Kepada Kerabat

Sebagai manusia, sepatutnya kita tidak memilih-milih kepada siapa kita bersedekah. Namun, ada baiknya kita memprioritaskan orang terdekat yang terkena musibah untuk kita bantu.

Seperti yang tertulis dalam Hadist Riwayat Tirmidzi, Rasulullah bersabda, "Bersedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah dan kepada kerabat ada dua (kebaikan), sedekah, dan silaturrahim.

Sebelum bersedekah kepada orang yang jauh maka lebih utama memberi nafkah kepada keluarga. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman menyebutkan kewajiban seorang ayah,

"Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf." (al-Baqarah: 233)

Hendaknya para suami mengetahui bahwa nafkah yang ia berikan kepada keluarganya tidaklah bernilai sia-sia di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala.

"Apa pun yang engkau nafkahkan maka itu teranggap sebagai sedekah bagimu sampaipun suapan yang engkau berikan ke mulut istrimu." (HR. al-Bukhari dan Muslim)

"Satu dinar yang engkau belanjakan di jalan Allah subhanahu wa ta'ala, satu dinar yang engkau keluarkan untuk membebaskan budak, satu dinar yang engkau sedekahkan kepada seorang miskin dan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu, maka yang paling besar pahalanya dari semua nafkah tersebut adalah satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu." (HR. Muslim)

Kita jangan takut menjadi miskin karena Allah akan mengganti
nya. "Dan apa saja yang kalian nafkahkan maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (Saba: 39)

Jangan bersedih hati apabila kita belum bisa bersedekah, belum bisa menyantuni anak yatim karena kita sendiri terkategori sebagai orang yang layak disantuni. Sedekah tidak selalu berupa harta. Bermuka manis kepada saudara, tidak berkata yang menyakitkan, menyingkirkan paku di jalan itu juga sedekah.

"Janganlah kalian meremehkan perkara-perkara kecil, karena segala sesuatu bisa bernilai sedekah". Juga sebuah hadis, "Hendaklah masing-masing tiap-tiap pagi bersedekah untuk persediaan badannya. Maka tiap kali bacaan tasbih itu sedekah, setiap tahmid, setiap takbir juga sedekah, menyuruh kebaikan dan melarang kejahatan itu sedekah dan sebagai ganti itu semua, cukuplah mengerjakan shalat Dhuha dua rakaat" (HR Muslim, Ahmad, dan Abu Daud).

Menjadi mediator/jalan bagi orang yang mau bersedekah juga termasuk sedekah. Bukankah membahagiakan jika kita dapat melakukan connecting happiness, pengantar kebahagiaan bagi orang-orang terdekat kita? Misalnya kita melihat tetangga kita rumahnya hampir roboh lalu kita membantu mencarikan dana untuk memperbaiki rumahnya juga salah satu bentuk sedekah kita. Misalnya, jika ada di antara pembaca yang hendak menitipkan sedekahnya maka akan saya tunjukkan alamat salah satu lembaga yang amanah untuk itu. Selamat Berbagi, Selamat Menjadi Connecting Happiness.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun